Akhlaq. Apa sebenarnya akhlaq itu? Kata akhlaq
berasal dari bahasa arab yakni “Khulqun” yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku, atau tabiat. Kata akhlak mempunyai persesuaian dengan kata
“Khaliq” yang berarti pencipta. Definisi Akhlaq menurut Imam Al-Ghazali yaitu
hal ikhwal yang melekat dalam jiwa, daripadanya timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah tanpa difikir & diteliti.
Akhlaq sebagai suatu cara berbuat dan sebagai
suatu tata aturan yang universal tidak hanya mengatur tata aturan terhadap sesama
manusia & lingkungan hidup, tetapi juga mengatur bagaimana manusia bersikap
& berbuat terhadap penciptanya.
Tata aturan dan tata tingkah laku terhadap
Allah SWT pencipta manusia dan alam semesta berlaku universal dinyatakan
melalui wahyu-wahyu yang tidak dapat disangkal kebenarannya adalah Al-Quran.
Suatu akhlaq dikatakan baik jika sesuai dengan kehendak Allah SWT dan sunnah
Nabi, yang dikatakan buruk jika tidak sejalan dengan kehendak Allah SWT.
Lalu kenapa sebenarnya manusia sebagai
makhluk Allah SWT perlu mempelajari Akhlaq?
Sebab akhlaq memilikl tujuan agar menuntun kita sebagai hamba-Nya pada
kebaikan. Sebab manusia yang berilmu
saja tidak cukup jika tidak dibarengi oleh akhlaq. Mengapa demikian? Manusia
yang hanya berilmu tetapi tidak berakhlaq menggunakan ilmu yang dimilikinya
hanya untuk kepentingannya sendiri. Lihat saja contohnya para pegawai
pemerintahan, pengusaha bahkan sampai kepada mereka sang penegak hukum, ikut
terlibat dalam tindak korupsi. Padahal mereka merupakan orang-orang yang dapat
dikatakan berilmu. itulah contoh pentingnya akhlaq dalam kehidupan.
Lalu bagaimanakah akhlaq kita seharusnya
terhadap Allah SWT yang menciptakan kita? Imam Ibnul
Qayyim rahimahullah mengatakan,
“Keluhuran akhlak itu
terbagi dua. Yang Pertama, akhlak yang baik kepada Allah, yaitu meyakini bahwa
segala amalan yang anda kerjakan mesti (mengandung
kekurangan/ketidaksempurnaan) sehingga membutuhkan udzur (dari-Nya) dan segala
sesuatu yang berasal dari-Nya harus disyukuri. Dengan demikian, anda senantiasa
bersyukur kepada-Nya dan meminta maaf kepada-Nya serta berjalan kepada-Nya
sembari memperhatikan dan mengakui kekurangan diri dan amalan anda. Kedua,
akhlak yang baik terhadap sesama. kuncinya terdapat dalam dua perkara, yaitu
berbuat baik dan tidak mengganggu sesama dalam bentuk perkataan dan perbuatan”
Maka dapat dikatakan salah
satu akhlaq yang baik terhadap Allah SWT yakni senantiasa bersyukur terhadap
segala Nikmat yang Allah SWT telah berikan kepada kita selaku hamba-Nya. Nikmat
yang Allah SWT berikan kepada kita tak dapat kita hitung jumlah-Nya, tetapi
tetap saja kita selalu lupa uuntuk bersyukur kepada-Nya
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan
Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan
kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari
(nikmat Allah)”.(Q.S Ibrahim : 34)
Kemudian akhlaq yang baik
terhadap Allah SWT lainya yakni senantiasa bertaubat. Sebab kita selaku umat
manusia tak luput dari kesalahan baik yang kita sadari ataupun tanpa kita
sadari. Allah SWT berfirman :
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ
يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya,
kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa’: 110)
Jangan lah kita menunda-nunda taubat, sebab kita tak
pernah tau kapan ajal akan menghampiri kita. Jangan sampai kita menyesal. Sebab
penyesalan memang berada diakhir. Allah SWT berfirman :
Demikianlah beberapa akhlaq
yang baik terhadap Allah SWT sang Pencipa. Lalu bagaimana akhlaq kita sebagai
anak terhadap kedua orang tua? Allah SWT berfirman :
وَلَوْ يُؤَاخِذُ ٱللَّهُ ٱلنَّاسَ
بِظُلْمِهِم مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِن دَآبَّةٍ وَلَٰكِن يُؤَخِّرُهُمْ إِلَىٰٓ
أَجَلٍ مُّسَمًّى ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَـْٔخِرُونَ سَاعَةً ۖ
وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan
ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah
menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah
tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat
mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya. (An-Nahl
16:61)
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. QS Al-Isra : 23-24.”
Maka dapat dikatakan bahwasannya
akhlaq yang baik terhadap orang tua ialah tidak berkata kasar kepada mereka.
Jangankan berkata kasar, mengucapkan kata “ah” saja jelas sudah dilarang dalam
Al-Quran. Kedua orangtua kita mengajarkan kita cara berbicara bukan untuk
mendengar kata kasar kita kepada mereka. Sungguh teririslah perasaan setiap
orang tua mendengar anaknya mengucapkan kata-kata kasar, terlebih lagi jika
kata kasar tersebut ditujukan untuknya.
Selain kepada kedua orang tua, islam
juga mengajarkan akhlaq kita terhadap tetangga. Rasulullah SAW bersabda :
“Tetangga
sebelum rumah, kawan sebelum jalan, dan bekal sebelum perjalanan.” (HR.
Khathib)
Hendaknya kita menjalin
hubungan yang baik dengan tetangga kita, sebab sesudah keluarga, tetanggalah
orang yang dekat dengan kita. Lalu bagaimanakah hubungan baik yang dimaksud? Rasulullah SAW menguraikan bagaimana berbuat baik
dengan tetangganya. Beliau bersabda:
“Hak tetangga itu ialah, apabila ia sakit kamu
menjenguknya, apabila ia meninggal kamu mengiringi jenazahnya, apabila ia membutuhkan
sesuatu kamu meminjaminya, apabila ia tidak memiliki pakaian kamu memberinya
pakaian, apabila ia mendapatakan kebajikan kamu kmau mengucapkan selamat
kepadanya, apabila ia mendapatkan musibah kamu bertakziah kepadanya, jangan
engkau meninggalkan rumahmu atas rumahnya sehingga angin terhalang masuk
rumahnya, dan janganlah kamu menyakitinya dengan bau periukmu kecuali kamu
memberinya sebagian dari masakan itu.” (HR. Tabranni)
Demikianlah beberapa akhlaq yang
harus kita terapkan selaku Manusia sebagai hamba Allah SWT, sebagai seorang
anak dan sebagai seorang tetangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar