Senin, 10 Desember 2018
Kenapa saya beragama islam?
Saya dilahirkan dari kedua orang tua yang beragama islam. Keturunan keluarga saya pun semua nya beragama islam. Saya memulai pendidikan di sekolah Islam, sejak menginjak taman kanak-kanak hingga SMA oleh kedua orang tua saya, saya di sekolahkan di sekolah islam. Oleh sebab itu, dalam pergaulan pun saya berteman dengan orang-orang yang beragama islam seperti saya.
Kenapa saya beragama islam? Ada tiga istilah yang dikenal berkenaan dengan agama, yaitu : agama, religi, din.
Secara etimologi, kata “agama” bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan diambil dari istilah bahasa Sansekerta yang menunjuk pada sistem kepercayaan dalam Hinduisme dan Budhisme di India. Agama terdiri dari kata “a” yang berarti “tidak”, dan “gama” berarti kacau. Dengan demikian, agama adalah sejenis peraturan yang menghindarkan manusia dari kekacauan, serta mengantarkan menusia menuju keteraturan dan ketertiban.
Religion : Kata religion berasal dari bahasa latin, yang berarti dari kata "relegare"' Kata "relegare" dalam hal ini mempunyai pengertian dasar ..berhati-hati" dan berpegang pada norma-norma, aturan-aturan secara ketat. Dalam arti religi tersebut merupakan suatu keyakinan, nilai-nilai dan norma hidup yang harus dipegangi dan dijaga dengan penuh pengertian, agar jangan sampai menyimpang dan lepas. Sedangkan kata dasar "relegare" berarti mengikat yang berarti adalah mengikat diri pada kekuasaan ghaib yang suci. Kekuatan tersebut diyakini sebagai kekuasaan yang menentukan jalan hidup dan yang mempengaruhinya dalam kehidupan manusia. Dengan demikian kata "religi" tersebut pada dasarnya mempunyai pengertian adanya kekuatan ghaib yang suci, yang menentukan jalan hidupnya dan mempengaruhi kehidupan manusia yang dihadapi secara hati-hati dan diikuti aturan-aturan serta norma lepas dari kehendak/jalan yang telah ditentukan oleh kekuasaan ghaib yang suci tersebut.
Secara etimologi kata din berasal dari bahasa Arab yang artinya : patuh dan taat, undang-undang,peraturan dan hari kemudian. Maksudnya, orang yang ber-din ialah orang yang patuh dan taat terhadap peraturan dan undang-undang Allah untuk mendapatkan kebahagiaan dikemudian hari.
Kenapa tiap-tiap manusia beragama? Jawabanya yakni karena kebutuhan jiwa manusia. Jiwa tanpa agama akan mengalami kegoncangan, ketidak tenangan batin, ketidak puasan, keputus asaan, dan kekecewaan dalam kehidupan. Agama merupakan dorongan psikis yang mempunyai landasan alamiah dalam watak manusia. Dalam relung jiwanya manusia merasakan adanya dorongan untuk mencari dan memikirkan sang Penciptanya dan pencipta alam semesta juga dorongan untuk menyembah Tuhan agar merasa tenang dan tenteram.
Manusia merasa berhak untuk mengetahui dari mana dirinya berasal, untuk apa dia berada di dunia, apa yang mesti manusia lakukan demi kebahagiannya di dunia dan alam akhirat nanti, yang merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah agama. Karenanya, sangatlah logis apabila agama selalu mewarnai sejarah manusia dari dahulukala hingga kini, bahkan sampai akhir nanti.
Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan di luar dirinya. Dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana. Manusia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan tersebut. Naluriah membuktikan manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya.
Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Sebagaimana firman Allah SWT,
“Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati” (Q.S. 2:112).
Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut Muslim. Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya .
Kenapa saya beragama islam? Jawaban saya yang pertama adalah karena faktor keturunan.
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
“Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani” (HR. Bukhari-Muslim)
Kedua orang tua saya menganut agama islam, oleh karena itu sejak saya dilahirkan maka saya pun beragama islam dan mengikuti segala yang diajarkan oleh kedua orang tua saya berkenaan dengan ajaran islam, melihat kondisi saya yang masih kecil dan belum mengerti apa-apa apalagi membuat keputusan untuk memilih agama saya. Seperti salah satu contohnya yakni saya diajarkan untuk melaksanakan sholat 5 waktu. Pada saat itu saya melaksanakan sholat 5 waktu karena perintah dari orang tua dan karena perkataan orang tua bahwa saya beragama islam, Oleh sebab itu saya wajib sholat 5 waktu. Ini menandakan awal mula saya melaksanakan sholat lima waktu adalah semata mengikuti kedua orang tua saya. Tak pernah terpikir oleh saya bahwa Islam merupakan agama yang benar. Yang saya jalani setiap harinya adalah rutinitas sebagai muslim dan tanpa ada pemaknaan yang mendasar.
Kemudian ketika masuk usia sekolah, oleh kedua orang tua saya disekolahkan ke sekolah islam. Disinilah saya kemudian mulai mempelajari tentang agama islam. Semua penganut agama beranggapan bahwa agama yang ia anut adalah benar. Saya pun beranggapan bahwa agama islam yang saya anut adalah benar. Awal mula nya, anggapan benar mengenai agama islam ini muncul lagi-lagi karena faktor keturunan. Sebab saya beranggapan, tak mungkin kedua orang tua saya mengajarkan kepada saya hal yang mereka anggap salah, oleh sebab itu islam yang mereka ajarkan kepada saya adalah benar. Kemudian, apabila seandainya orang tua saya berpindah agama, apakah saya juga akan mengikuti jejak mereka? Jawaban saya saat itu mungkin saja.
Di sekolah islam tersebut saya mengenal al-quran. Dan bahwasanya al-quran adalah pedoman hidup umat manusia. Di dalam alquran inilah saya menemukan ayat yang membuat saya yakin bahwasanya islam adalah agama yang benar. Allah SWT berfirman :
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci. (Q.S As-Shaff : 9)
Namun kemudian, apa yang membuat saya yakin bahwasanya Al-quran adalah wahyu Allah SWT bukan melainkan karangan manusia? Sebab Al-quran menjelaskan segala macam peristiwa-peristiwa dimuka bumi ini jauh sebelum para ilmuan mengetahui dan menemukan hal-hal tersebut.. meski Alquran diturunkan 14 abad lalu, namun ayat-ayatnya banyak yang menjelaskan tentang masa depan dan bersifat ilmiah. Hal inilah yang mebuat saya yakin, bahwasanya Al-quran merupakan wahyu Allah SWT bukan karangan manusia.
Didalam Al quran juga saya menemukan ayat bahwasanya saya tidaklah berbeda dengan orang kafir apabila saya mengatakan bahwa saya beragama islam atas dasar faktor keturunan semata.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۗ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".
Oleh sebab itu saya berpendapat bahwasanya saya harus mengetahui dasar saya beragama islam. Keyakinan terhadap Islam tidak bisa hanya dibuktikan dengan akal tapi juga hati dengan kemantapan yang teguh. banyak terjadil hal-hal yang memang di luar nalar manusia. Namun kita wajib meyakini bahwa sesuatu yang kita anggap tidak mungkin, jika Allah mengizinkannya maka bisa mungkin saja terjadi
Tidaklah mudah meyakinkan diri bahwa Allah itu selalu memperhatikan dan Maha Melihat dan Maha Mendengar. Iman Kepada Allah berarti yakin dan percaya bahwa Allah itu memang ada serta dialah yang menciptakan semua seisi alam semesta ini. Kemudian, faktor lain yang membuat saya yakin akan adanya Allah SWT yakni munculnya pemikiran bahwasanya alam semesta dan seisinya tidak mungkin ada dengan sendirinya, melainkan ada yang menciptakan. Gedung-gedung di dunia ini saja ada yang menciptakan yakni manusia, lantas mengapa gunung tidak? . Dalam Al-quran lah dijelaskan bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah SWT.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۖ مَا لَكُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا شَفِيعٍ ۚ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ
Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (Q.S As-sajdah : 4)
Gedung paling tinggi di dunia butuh tiang untuk menjulang tinggi, tetapi langit tidak butuh tiang, tidak butuh penopang, ia sudah jadi atap tertinggi di dunia ini. Lalu, lihatlah matahari dan bulan, mereka bergantian penuh keteraturan. Matahari dari jam sekian sampai jam sekian pada musim tertentu. Bulan muncul pada waktu-waktu tertentu yang berpola sempurna. Di dunia nyata, kita butuh sebuah program untuk melakukan segala sesuatu menjadi otomatis. Lalu, untuk alam semesta, program apakah itu? Lagi-lagi, Alquran menjelaskan semuanya.
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۖ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ۚ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu. (Q.S Ar-Ra'd : 2)
Hal itu membawa saya pada kesimpulan, bahwa memang seharusnya memilih berkeyakinan pada sebuah agama harus punya dasar yang kuat sehingga saya yakin bahwa apa yang saya pilih adalah tepat dan menghilangkan keragu-raguan serta menimbulkan kekhuyuk an dalam beragama
Sabtu, 10 November 2018
Masih kah kita bersikap malas?
Salah satu sikap yang sulit untuk kita hilangkan dalam diri kita yakni
rasa malas. Padahal sikap malas hanya akan menimbulkan kerugian pada diri kita.
Baik kerugian yang kita alami sekarang atau kerugian yang kita alami nanti
dimasa yang akan datang yakni kelak di masa tua kita nanti.
Malas juga menimbulkan kerugian tak hanya di dunia melainkan juga di
akhirat nanti. Salah satu contoh kerugian yang ditimbulkan akibat rasa malas di
dunia yakni tidak bermanfaat hidup seseorang yang malas di dunia. Baik
bermanfaat bagi dirinya ataupun bermanfaat bagi orang lain. Rasulullah saw bersabda
:
خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
(Hadits Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir
bin Abdullah r.a.. Dishahihkan Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab:
As-Silsilah Ash-Shahîhah)
Mengapa orang malas dikatakan tidak bermanfaat hidupnya? Sebab tidak ada
hal yang dihasilkan selama hidupnya di dunia baik bagi dirinya sendiri ataupun
untuk orang lain. Sehingga hidup yang ia jalani selama di dunia hanya sia-sia. Allah Ta’ala berfirman
:
أَيَحْسَبُ
الْإِنسَانُ أَن يُتْرَكَ سُدًى
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan sia-sia begitu saja?“
(Al Qiyamah:36)
Sadarkah kah kita bahwasanya kita sungguh rugi apabila waktu yang kita
habiskan di dunia ini terbuang sia-sia. Mengapa? Sebab setiap waktu yang kita habiskan
di dunia ini akan dimintai pertanggung jawabanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
لاَ
تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ: عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ، وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ، وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ
“Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya
sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan,
tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia
peroleh dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang
ia ketahui (ilmu).”
Oleh sebab itu, janganlah sampai
kita merugi karena membiarkan waktu hidup kita terbuang sia-sia akibat rasa
malas. Contoh kerugian yang dialami oleh orang yang malas di dunia yakni rezki
nya akan jauh. Sebab waktu nya tidak ia gunakan untuk mencari rezeki melainkan
bermalas-malasan. Padahal Allah SWT memerintahkan agar setiap hamba mencari rezki.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ
لَيْسَ شَيْءٌ يُقَرِّبُكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ, وَيُبَاعِدُكُمْ مِنَ النَّارِ إِلَّا قَدْ أَمَرْتُكُمْ بِهِ, وَلَيْسَ شَيْءٌ يُقَرِّبُكُمْ مِنَ النَّارِ, وَيُبَاعِدُكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ إِلَّا قَدْ نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ, وَأَنَّ الرُّوحَ الْأَمِينَ نَفَثَ فِي رُوعِيَ أَنَّهُ لَنْ تَمُوتَ نَفْسٌ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا, فَاتَّقُوا اللهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ, وَلَا يَحْمِلَنَّكُمُ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ تَطْلُبُوهُ بِمَعَاصِي اللهِ, فَإِنَّهُ لَا يُدْرَكُ مَا عِنْدَ اللهِ إِلَّا بِطَاعَتِهِ
“Sungguh tidak ada satu pun yang mendekatkan kalian ke surga dan
menjauhkan kalian dari neraka kecuali aku telah memerintahkannya kepada kalian,
dan tidak ada satu pun yang mendekatkan kalian ke neraka dan menjauhkan kalian
dari surga kecuali aku telah melarangnya atas kalian. Dan sungguh ar-ruhul
amin (Malaikat Jibril yang terpercaya) telah menyampaikan kepadaku bahwa
tidak akan mati satu jiwa sampai ia menyempurnakan rezekinya, maka bertakwalah
kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rezeki, dan sekali-kali janganlah
lambatnya rezeki menjadikan kalian mencarinya dengan bermaksiat kepada Allah,
karena sesungguhnya tidak akan diraih apa yang ada di sisi Allah kecuali dengan
menaati-Nya.” [HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari Ibnu
Mas’ud radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 2866]
Salah satu contoh orang yang malas dalam mencari rezeki yakni orang yang
meminta-meminta padahal jasmaninya masih sanggup untuk bekerja. Sungguh
perbuatan tersebut dilarang oleh Allah SWT. Dari Qabishah bin Mukhariq
Al-Hilali radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا
قَبِيْصَةُ، إِنَّ الْـمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ : رَجُلٍ
تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ، وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُوْمَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ : لَقَدْ
أَصَابَتْ فُلَانًا فَاقَةٌ ، فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْش ٍ، –أَوْ قَالَ : سِدَادً
مِنْ عَيْشٍ- فَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ الْـمَسْأَلَةِ يَا قَبِيْصَةُ ، سُحْتًا يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا.
“Wahai Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali
bagi salah satu dari tiga orang: (1) seseorang yang menanggung hutang orang
lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti, (2)
seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh
meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup, dan (3) seseorang yang
ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya
mengatakan, ‘Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh meminta-minta
sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu,
wahai Qabishah! Adalah haram, dan orang yang memakannya adalah memakan yang
haram.” (Shahih: HR. Muslim, Abu Dawud, Ahmad, an-Nasa-i, dan selainnya).
Kemudian contoh kerugian yang didapat oleh pemalas diakhirat nanti yakni
malas dalam mencari ilmu. Sebab dengan ilmu maka kita dapat melakukan segala
sesuatu dengan benar. Dengan ilmu maka kita tahu apa2 saja yang dilarang oleh
Allah SWT untuk dilakukan. Dengan ilmu kita tahu tujuan penciptaan kita di bumi
yakni untuk beribadah kepada Allah SWT sang pencipta. Allah SWT berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Q.S Az-Zariyat :56)
Bagaimanakah cara beribadah kepada Allah SWT? Tanpa ilmu kita tak akan mengeti
cara beribadah kepada Allah SWT. Sehingga mereka yang malas dalam menuntut ilmu
tak hanya rugi dalam urusan dunia melainkan juga akhiratnya. Sebab ilmu
mengajarkan kita segala sesuatu yang tidak kita ketahui. Allah SWT berfirnan : “Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantara kalam (baca tulis). Dia mengajarkan kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S. Al ‘Alaq [96]: 1-5).
Oleh sebab itu, jauhilah sikap malas. Karena hanya menimbulkan kerugian
bagi diri kita sendiri. Allah SWT berfirman :
قُلْ إِنَّ
الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
ۗ أَلَا ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
Maka sembahlah olehmu
(hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia. Katakanlah:
"Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri
mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat". Ingatlah yang demikian
itu adalah kerugian yang nyata. (Q.S Az-Zumar : 15)
Selasa, 09 Oktober 2018
Waktu. Seringkali kita menyia-nyiakan waktu. Padahal
kita semua tau, bahwasanya
kita tak dapat memutar ulang waktu. Berapa
banyak waktu yang telah kita habiskan? Apa saja yang kita telah lakukan selama
itu? Tentu
tak pernah terfikirkan oleh kita.
Sudahkah kita memanfaatkan
semaksimal mungkin waktu yang kita miliki? Yakinkah kita bahwasanya tak ada penyeselan terhadap waktu yang selama ini telah kita habiskan
begitu saja?
Coba lah kita renungkan. Setiap
waktu yang kita habiskan di dunia nantinya akan dimintai
pertanggung jawaban. Apakah waktu yang diberikan kita gunakan untuk memperbanyak
ibadah, atau hanya sia sia terbuang untuk dunia semata. Dalam
suatu hadist disebutkan :
لن
تزول قدما عبد يوم القيامة حتى يسأل عن أربع : عن عمره فيما أفناه ، وعن شبابه
فيما أبلاه ، وعن علمه ماذا عمل به ، وعن ماله من أين أخذه وفيما أنفقه ”
“
Tidak tergelincir dua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga Allah
menanyakan empat hal :
1.
Umurnya, untuk apa selama hidupnya dihabiskan
2.
Waktu mudanya, digunakan untuk apa saja
3.
Hartanya, darimana dia mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskannya
4.
Ilmunya, apakah diamalkan atau tidak ” ( Hadist
Hasan, HR. Tirmidzi )
Allah menjadikan waktu
antara siang dan malam untuk kepentingan manusia itu sendiri. Bisakah
kita bayangkan apabila waktu hanya terdiri dari malam saja? Atau siang saja? Allah menjadikan siang untuk
manusia dapat beraktivitas. Allah menjadikan malam agar manusia dapat beristirahat
setelah melakukan aktivitasnya. Allah Swt. berfirman:
هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلَّيْلَ لِتَسْكُنُوا۟ فِيهِ وَٱلنَّهَارَ مُبْصِرًا ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلَّيْلَ لِتَسْكُنُوا۟ فِيهِ وَٱلنَّهَارَ مُبْصِرًا ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
"Dialah
yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya dan
(menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah).
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang mendengar." QS. Yunus [10] : 67.
Allah
menciptakan segala sesuatu tentu ada hikmahnya. Termasuk
hikmah penciptaan siang dan malam. Namun,
masih saja kita sebagai manusia menyalahi
apa yang sudah di tentukan. Tak
jarang kita gunakan siang hari kita untuk tidur namun pada malam hari kita
malah beraktivitas. . Seperti
contohnya begadang dimalam hari sehingga di siang hari kita habiskan
untuk tidur dan bermalas-malasan.
Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah tidur sebelum waktu isya’ dan tidak
pernah begadang setelahnya. (HR Ahmad; shahih)
Ibnu Qayyim Al Jauziyah menjelaskan dalam Zadul Ma’ad:
“Termasuk kebiasaan beliau adalah tidur di awal malam dan bangun di bagian
akhirnya. Terkadang beliau begadang di awal malam untuk mengurusi berbagai
kepentingan orang-orang miskin.”
Tahukah
kita bahwasanya dalam ilmu medis, begadang itu berbahaya karena dapat menyebabkan berbagai macam penyakit diantaranya :
1)
Hipertensi
Hipertensi
adalah tekanan darah yang tinggi. Hipertensi merupakan penyebab munculnya
penyakit stroke, serangan jantung, gagal jantung kronis. Sedangkan faktor
penyebab hipertensi salah satunya adalah kebiasaan begadang. Riset yang
dilakukan oleh ilmuan Henry Ford Hospital, Detroit menyebutkan bahwa orang-orang dengan gejala
insomnia memiliki kemungkinan hipertensi. Sedangkan
menurut penelitian Christoper Drake,
dari Ford Hospital Sleep Disorders and Research Center, penyebab hipertensi pada penderita
insomnia dikarenakan faktor berapa seringnya seseorang terbangun ketika tidur
di malam hari serta berapa waktu yang dibutuhkan untuk dapat kembali tidur.
Penelitian gangguan tidur lebih lanjut yang dilakukan oleh National Institutes of Health,
menyebutkan bahwa sekitar tiga puluh sampai empat puluh persen orang dewasa
memiliki gejala insomnia. Kemudian sekitar sekitar sepuluh sampai dengan lima belas persen orang
dewasa menderita insomnia yang kronis.
2) Penyakit Jantung
Selain
dari faktor penyakit hipertensi, serangan jantung juga disebabkan oleh angin
malam. Seseorang yang terbiasa tidur larut malam dan begadang, pastilah
cenderung lebih banyak terkena angin malam. Sedangkan perlu Anda ketahui bahwa angin malam kurang baik bagi kesehatan Anda.
Penyakit jantung seperti yang kita ketahui merupakan penyakit pembunuh nomor satu di
Indonesia. Untuk mencegah dan meminimalisirnya,
hapuskanlah kebiasaan begadang Anda.
3)
Resiko Stroke
Telah
banyak penelitian yang dilakukan untuk membuktikan bahwa kebiasaan kurang tidur
akan menyebabkan penyakit stroke. Misalnya saja penelitian yang dilakukan oleh Warwick Medical School dalam publikasi European Heart Journal yang menyebutkan bahwa jika tidur kurang dari enam
jam setiap hari, dapat meningkatkan serangan stroke yang dapat mengakibatkan
kematian sebanyak lima belas persen. Dan untuk resiko serangan jantung sebesar lima puluh persen.
4) Diabetes
Penelitian
yang dilakukan oleh Tulane University School of Medicine menjelaskan bahwa seseorang akan mengalami
penurunan kadar hormon akibat kurang tidur. Penelitian tersebut dapat
menjelaskan bahwa orang yang terlalu sering begadang rentan terhadap obesitas.
Pola tidur pada larut malam dan kurang dari enam jam setiap hari akan
memunculkan rasa lapar ketika malam, akibatnya Anda akan selalu merasa lapar
dan membiasakan diri untuk makan ketika tengah malam.
5) Obesitas
Obesitas
berkaitan erat dengan Diabetes. Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari Brigham and Women Hospital di Boston menyebutkan bahwa begadang akan
membuat Anda mengalami obesitas karena proses metabolisme tubuh yang lambat.
Selain itu, masih terdapat penelitian yang dilakukan oleh Kepala Endokrinologi
dari Tulane University School of Medicine, Dr Vivian Fonseca yang menyebutkan bahwa obesitas
berkaitan dengan kurang tidur. Hal ini disebabkan kadar hormon mengalami
penurunan akibat kurang tidur. Hasil penelitian tersebut pernah dipublikasikan
dalam jurnal Science Translation Medicine pada 11 April 2012.
6) Alzheimer
Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Maiken Nedergaard,
M.D., D.M.Sc. dariUniversity of Rochester Medical Center School of Medicine and Dentistry,
New York menjelaskan keterkaitan antara kebiasaan begadang
yang berakibat munculnya penyakit alzheimer.
Alzheimer adalah penyakit pelupa atau lupa ingatan baik secara permanen maupun
sementara. Alzheimer biasanya menyerang usia lanjut. Dan penyakit ini tidak
menular, tetapi lebih kepada suatu sidrom disorientasi bingung dan lupa mengingat terhadap
orang, tempat, serta waktu. Banyak faktor yang mempengaruhi penyebabnya antara
lain adalah kurang berolahraga dan kadar kolesterol yang tinggi
Pergunakanlah
waktu yang
kita miliki sekarang dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai kita menyesal di hari
kemudian. Pergunakanlah
waktu untuk memperbanyak beribadah mengingat Allah SWT bukan menggunakan waktu
melakukan hal-hal yang sia-sia di dunia. Jangan sampai kita menyesal kelak saat
hari perhitungan tiba. Janganlah kita menunda-nunda untuk beribadah, sebab kita
mengira kita masih memiliki waktu yang cukup banyak untuk melakukanya.
Bagaimanakah bila sebelum kita sempat bertaubat,
Allah telah menghentikan waktu kita di dunia? Sebab kematian datang
tanpa menunggu
waktu. Allah Ta’ala berfirman,
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al A’raf: 34)
Jangan
sampai kita menyesal kelak di akhirat nanti sebab kita tak menggunakan waktu
yang kita miliki di dunia untuk beribadah. Sebab penyesalan tersebut hanyalah sia-sia. Kita tidak akan bisa memperbaikinya. Sebab
sesungguhnya Allah telah memberikan waktu yang cukup untuk kita beribadah
mengingat-Nya, namun waktu tersebut hanya kita gunakan untuk
keperluan dunia semata. Allah SWT berfirman :
Dan
mereka berteriak di dalam neraka itu: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami
niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami
kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup
untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir,
dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab
Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.
Langganan:
Postingan (Atom)