Kamis, 07 Desember 2017

                                                Ilmu yang Seringkali Diabaikan


عْنْ اَنَسٍ اِبْنُ مَالِكٍ قَلَ قَالَ رَسُوْل الله صلى الله عليه وسلـم  طَلَبُ الْعِلْم فَرْيْضَةً عَلى كُلّ مُسْلِمٍ ووضِعً العِلْمِ عِنْدَ غَيْرُأهْلِهِ كَمُقِلِّدِ الْخَنَا زِيْرِ لْجَوْهَرَولَلؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ
Artinya  :
"Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah saw, bersabda: Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, memberikan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya seperti orang yang mengalungi babi dengan permata, mutiara, atau emas" (HR.Ibnu Majah)

Setiap perbuatan yang kita lakukan didunia ini, tidak akan lepas dari ilmu. Segala aktifitas yang kita lakukan setiap harinya didasarkan pada ilmu. Ilmu lebih berharga dibandingkan harta. Tanpa ilmu, Harta yang kita cari sewaktu-waktu dapat hilang. Tetapi dengan ilmu, kita dapat mendatangkan dan mempertahankan harta. lmu merupakan bekal setiap manusia dari mulai dia lahir sampai dia tiada. semua orang membutuhkan ilmu. Kita dapat membaca, menulis semua karena ilmu. penting untuk kita menuntut ilmu. Dengan menuntut ilmu, kita dapat membedakani apa yang benar dan apa yang salah. Dengan menuntut ilmu segala hal yang kita lakukan dapat bermanfaat tak hanya untuk diri kita sendiri melainkan juga untuk orang lain. Ilmu tak hanya penting untuk kegiatan duniawi, ilmu juga penting dalam kegiatan kita untuk beribadah kepada Allah SWT. Oleh sebab itu, menuntut dan memperdalam ilmu agama itu  juga penting selain ilmu pengetahuan, namun seringkali ilmu agama kita abaikan. Mengapa penting? Dengan memperdalam ilmu agama, kita dapat mengetahui hal - hal yang dilarang oleh Allah SWT. dengan ilmu agama kita dapat menghindari kesalahan-kesalahan dalam beribadah yang akan berdampak tidak diterimanya ibadah kita oleh Allah SWT.


            Allah menganugerahkan ilmu kepada orang-orang yang berakal. Tanpa ilmu atau pemahan, segala perkara tidak akan berjalan dengan baik. Oleh sebab itu ilmu merupakan anugerah bagi orang-orang yang berakal. Allah SWT berfirman :

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
Artinya : Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Q.S Al-Baqarah)

 Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Orang yang beramal tanpa ilmu bagai orang yang berjalan tanpa ada penuntun. Sudah dimaklumi bahwa orang yang berjalan tanpa penuntun tadi akan mendapatkan kesulitan dan sulit bisa selamat. Taruhlah ia bisa selamat, namun itu jarang. Menurut orang yang berakal, ia tetap saja tidak dipuji bahkan dapat celaan.”
            Amalan tanpa ilmu jelas kurang afdhal.karna amalan yang disertai ilmu pahalanya berlipat ganda seperti yang telah ditutrkan nabi Muhammad SAW. Begitupun sebaliknya ilmu tapan sebuah pengamalan tidak berkah baginya.Sebab ilmu harus diimplimentasikan dalam kehidupan.Sebagai maqolah berikut:
“Al ilmu bila ‘amalin kassyajari bila tsamarin”
ilmu tanpa amalan layaknya pohon yang tak berbuah.

”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi).
            Kehidupan duniawi tidak akan mampu kita raih tanpa sebuah ilmu, Sebab dengan ilmu  kita bisa meraih kesuksesan. Dengan ilmu kita bisa menjalajahi cakrawala kehidupan dunia. Begitu pula dengan kehidupan akhirat yang dapat kita raih dengan adanya ilmu. Sebab, dengan ilmu kita dapat memilah mana yang haq mana yang bathil. ilmu yang akan mendominasi kehidupan kita baik haliyah maupun qauliyah.
Lantas bagaimana dengan kehidupan akhirat? Iya,kehidupan akhirat juga tidak terlepas dari ilmu.dimana ilmu akhirat berperan sebagai hukum vertical anatara hamba  dengan sang khaliq.Bahkan bisa saja hukum duniawi berasaskan hukum ilmu akhirat seperti yang terjadi ditimur tengah sana .Jadi,dapat disimpulkan bahwa ilmu dunia ialah ilmu yang mengatur interaksi hamba dengan kehidupan sosialnya sedangkan ilmu akhirat ialah hukum-hukum yang berhubungan dengan pencipta baik kaifiyah(tata cara) etika dan sebagainya.

            Orang yang berilmu akan bahagia baik di dunia maupun di akhiratnya kelak. Tapi kebanyakan dari kita pandai dalam pengetahuan dunia, sedangkan untuk kehidupan di akhirat kita lalai. Alangkah baiknya jika dalam mempelajari ilmu pengetahuan dunia, kita juga mempelajari ilmu agama. Sebab dengan memperdalam ilmu agama, maka segala hal yang kita lakukan akan sesuai dengan perintah Allah SWT. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللهَ تَعَالىَ يُبْغِضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنْيَا جَاهِلٍ بِالْآخِرَة
“Sesungguhnya Allah ta’ala membenci orang yang pandai dalam urusan dunia namun bodoh dalam perkara akherat”.(HR. Al-Hakim ,dishahihkan oleh al-Albani).

 Kemudian Allah SWT juga berfirman dalam surah ar-Ruum ayat 7 :

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
Mereka hanya mengetahui yang lahir (nampak) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. ar-Ruum: 7).

            Ilmu sangat bermanfaat tak hanya didunia, tetapi juga sebagai bekal diakhirat kelak. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Maksud kandungan dalam hadist diatas ialah hanya ada tiga perkara yang bisa menyelamatkan kita kelak di Alam Barzah, yaitu : Sedekah jariyah (sedekah yang mengalir), dan anak sholeh yang mendoakan nya serta ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat ialah ilmu yang diamalkan dalam kebaikan serta di ajarkan pada orang lain, sehingga orang tersebut mendapatkan pahala dari pengamalan ilmu nya.
            Berikut adalah   hadist yang menjelaskan keutamaan orang yang berilmu (agama) dan mendakwahkan ilmunya.
Dari Abu Musa, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya adalah bagai ghaits (hujan yang bermanfaat) yang mengenai tanah. Maka ada tanah yang baik, yang bisa menyerap air sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Di antaranya juga ada tanah yang ajadib (tanah yang bisa menampung air, namun tidak bisa menyerap ke dalamnya), maka dengan genangan air tersebut Allah memberi manfaat untuk banyak orang, sehingga manusia dapat mengambil air minum dari tanah ini. Lalu manusia dapat memberi minum untuk hewan ternaknya, dan manusia dapat mengairi tanah pertaniannya. Jenis tanah ketiga adalah  tanah qi’an (tanah yang tidak bisa menampung dan tidak bisa menyerap air). Inilah permisalan orang yang memahami agama Allah, bermanfaat baginya ajaran yang Allah mengutusku untuk membawanya. Dia mengetahui ajaran Allah dan dia mengajarkan kepada orang lain. Dan demikianlah orang yang
tidak mengangkat kepalanya terhadap wahyu, dia tidak mau menerima petunjuk yang Allah mengutusku untuk membawanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).


Kamis, 09 November 2017

                                                         Sudahkah Kita Bersyukur??


Sadarkah kita, bahwaAllah memberikan nikmat kepada kita, umat manusia dengan jumlah yang tidak dapat kita ukur. Mulai dari bumi tempat dimana kita tinggal, kemudian air, hewan ternak, tumbuh-tumbuhan dan yang lain nya sebagai  isi bumi yang tentu saja tidak dapat dihitung nilainya. Diantara nikmat Allah tersebut terkandung dalam surah Az-Zakhruf ayat 9-13. Allah SWT berfirman :


Artinya: 
9) Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: “siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’’ niscaya mereka kan menjawab : “semuanya di ciptakan oleh yang maha perkasa lagi maha mengetahui’’.
10) yang menjadikan bumi untuk kami sebagai tempat menetap dan dia membuat jalan-jalan diatas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk
11) Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang di perlukan)lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati,seperti itulah kamu akan di keluarkan (dari dalam kubur).
12) Dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi. Supaya kamu duduk di atas punggungnya kamudian kamu ingat ni’mat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: “Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya.( Q.S. Az-Zukhruf: 9-13)
13) Sungguh banyak sekali nikmat yang Allah berikan kepada kita. Dan oleh sebab itu rasa syukur kita tidak akan pernah cukup untuk membalas -Nya

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nahl: 18)

Nikmat yang diberikan Allah kepada hamba-Nya tak dapat kita hitung jumlahnya. Namun, meskipun banyak sekali nikmat yang Allah berikan kepada kita, tetap saja seringkali kita lupa untuk bersyukur kepada-Nya.

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.(Q.S Ibrahim : 34)

                Bahkan tak jarang pula kita mencela dan merasa kurang atas nikmat yang sudah Allah berikan kepada kita. Seperti contohnya kita selalu merasa kurang dengan rezeki yang Allah berikan kepada kita, padahal Allah memberikan kita sehat yang sangat mahal garga nya. Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667).

Sebagian dari kita menganggap nikmat Allah hanya sebatas harta. Sungguh sifat manusia yang tidak pernah merasa puas dengan harta.Padahal kesehatan, umur panjang, itu semua adalah nikmat dari Allah yang luar biasaa.
Ibnu Az Zubair pernah berkhutbah di Makkah, lalu ia mengatakan “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya manusia diberi lembah penuh dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6438)
             Apabila kita selalu bersyukur kepada Allah, tentunya kita tidak akan pernah mengeluh, merasa kurang atas nikmat yang Allah SWT berikan. Sebab Allah SWT senantiasa menambah nikmat-Nya kepada hamba nya yang bersyukur. Allah SWT berfirman :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S Ibrahim : 7)

Mereka yang senantiasa bersyukur atas nikmat Allah akan mendapatkan balasan dari-Nya. Tentu saja, mereka yang tidak bersyukur juga akan mendapat akibatnya. Allah SWT berfirman:

وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ...
"Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (Qs. Ali Imran:145)

لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ ۚ فَتَمَتَّعُوا ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ
“Biarlah mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka; maka bersenang-senanglah kamu. Kelak kamu akan mengetahui (akibatnya)”. (Q.S An-Nahl :55).

            Kadang, manusia lupa untuk bersyukur kepada Allah karena merasa apa yang ia pinta kepada-Nya belum terkabul. Padahal bisa jadi apa yang kita pinta, bukan menjadi yang terbaik untuk diri kita menurut-Nya. Yang kita ingin kan belum tentu apa yang kita butuhkan. Saaat apa yang telah kita pinta kepada Allah belum terkabul, terkadang kita menjadi kecewa, bahkan tak jarang marah dan menganggap bahwa Allah SWT tak adil. Allah SWT berfirman : 

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ (البقرة: 216)
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu me-nyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqarah: 216)

            Oleh sebab itu jangan lah kita suudzon kepada Allah dengan menganggap bahwa Allah tak adil. Mereka yang berburuk sangka kepada Allah SWT, neraka Jahanam lah tempat mereka kembali. Allah SWT berfirman:


“dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali”. (Q.S Al-Fath : 6)

Selasa, 10 Oktober 2017

Bekal Manusia




Manusia adalah makhluk yang Allah SWT hidupkan dan kelak Allah yang akan mematikan nya. Allah SWT berfirman :

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ 
Artinya : Mengapa kalian kafir kepada Allah, padahal kalian tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kalian, kemudian kalian dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kalian dikembalikan. (Q.S Al-Baqarah : 28)

            Lalu untuk apa manusia diciptakan oleh Allah?? Allah menciptakan manusia semata-mata agar manusia beribadah kepada-Nya.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S Ad-Dzariyat :56)

Kita tidak akan tau kapan kematian akan menghampiri kita. Mereka yang tadinya tampak sehat-sehat saja bisa saja menghadap kepada Allah SWT sang pencipta saat itu juga. Sebab kematian adalah rahasia Allah SWT dan apabila kematian telah datang menghampiri, manusia tidak akan bisa untuk menolaknya. Allah SWT berfirman :
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Artinya : Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (Q.S Al-A’raf :34)

Lalu apakah yang akan kita bawa saat mati nanti?? Apakah harta yang selama ini kita cari? Sesungguhnya harta yang kita cari selama hidup di dunia ini tidak akan menemani kita saat mati nanti. Rasulullah SAW bersabda
“Ada tiga perkara yang mengiringi mayat. Yang dua kembali, sedangkan yang satu tetap tinggal bersamanya. Mayat diiringi keluarganya,hartanya, dan amalnya. Keluarganya, hartanya dan amalnya. Keuarga dan hartanya kembali . sedangkan amalnya tetap mengiringinya.” (HR.al-Bukhori dan Muslim) 
Kita bekerja hampir setiap hari, bercucur keringat, pulang malam hari hingga terkadang melupakan kewajiban kita untuk beribadah kepada Allah SWT . padahal harta yang kita cari bukan lah milik kita, melainkan milik ahli waris kita. Sebab saat mati nanti, harta tidak akan dapat kita bawa ke akhirat nanti, dan akhirnya kita tinggalkan harta yang kita cari selama di dunia ini kepada ahli waris kita. Rasulullah Saw. Bersabda : 
“Adakah diantara kalian yang lebih mencintai harta milik ahli warisnya dari pada hartanya sendiri? Para sahabat menjawab , “Tidak ada seorangpun kecuali lebih mencintai hartanya sendiri dari pada harta milik ahli warisnya!’ Beliau bersabda, “Sesungguhnya, hartanya adalah yang telah digunakannya, sedangkan harta milik ahli warisnya adalah yang belum digunkannya.” (HR. al-Bukhori) 

            Namun bukan berarti, kita malah menjadi malas dalam bekerja. sebab bekerja adalah perbuatan yang mulia. Dan Allah memerintahkan hamba-Nya untuk bekerja, bukan untuk meminta-minta
Dari Qabishah bin Mukhariq Al-Hilali radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

 “Wahai Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali bagi salah satu dari tiga orang: (1) seseorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti, (2) seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup, dan (3) seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu, wahai Qabishah! Adalah haram, dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram.” (Shahih: HR. Muslim, Abu Dawud, Ahmad, an-Nasa-i, dan selainnya).

Karena allah telah menjadikan bumi dan isinya sebagai lading untuk penghidupan. Sehingga hendaknya manusia bekerja untuk menghidupi dirinya. Allah SWT berfirman :
وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الْأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ ۗ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ
Artinya : Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur. (Q.S Al-A’raf :10)
           
Jadi, sebagai hamba Allah SWT, jangan lah menjadikan bekerja sebagai alasan untuk kita lupa kepada-Nya.

Saat mati lalu apakah bekal yang akan kita bawa nanti jika bukan harta yang selama ini kita cari? Yakni taqwa. Allah menyatakan di dalam firman-Nya:
وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰأُولِى الْأَلْبَابِ 
Artinya: “…..Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 197).

            Bekal taqwa berupa menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan Nya. Orang yang bertaqwa akan mendapat surga sebagai jaminan nya.

لَٰكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نُزُلًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۗ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِلْأَبْرَارِ
Artinya : Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti. (Q.S Ali’-Imran : 198)
                 
                  Saat manusia telah menghadapi kematian, maka amalan nya akan terputus kecuali tiga perkara. Oleh sebab itu hendak nya manusia selama hidupnya didunia perbanyak amalan ibadah untuk bekalnya di akhirat nanti.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Artinya :Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
           
            Perbanyaklah amalan ibadah selama hidup di dunia. Semua hal yang dilakukan manusia semasa hidupnya akan dihitung dan dimintai pertanggungjawaban nya di akhirat nanti. Dunia adalah tempat untuk beramal dan tidak diperhitungkan, sedamgkan akhirat nanti adalah tempat dimana kita tidak lagi bisa beramal, melainkan tempat dimana amalan kita didunia diperhitungkan. Sahabat yang mulia Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya dunia telah pergi meninggalkan (kita) sedangkan akhirat telah datang di hadapan (kita), dan masing-masing dari keduanya (dunia dan akhirat) memiliki pengagum, maka jadilah kamu orang yang mengagumi/mencintai akhirat dan janganlah kamu menjadi orang yang mengagumi dunia, karena sesungguhnya saat ini (waktunya) beramal dan tidak ada perhitungan, adapun besok (di akhirat) adalah (saat) perhitungan dan tidak ada (waktu lagi untuk) beramal.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Az Zuhd (hal. 130) dan dinukil oleh Imam Ibnu Rajab Al Hambali dalam kitab beliau Jaami’ul ‘uluumi wal hikam (hal. 461)).

Jadikan lah akhirat sebagai tujuan kita, Sebab dunia ini hanyalah kehidupan yang bersifat sementara. hadits dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

 “Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam “Igaatsatul Lahfaan” berkata, “Orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (macam penderitaan): Kekalutan (fikiran) yang selalu menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada berakhir . Hal ini disebabkan saat manusia mendapatkan harta ia tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang suda didapatnya. Rasulullah SAW bersabda :

Seandainya seorang manusia memiliki dua lembah (yang berisi) harta (emas) maka dia pasti (bercita-cita) mencari lembah harta yang ketiga.” (HR. Bukhari & Muslim.


Sabtu, 09 September 2017

Datangnya Hari Kiamat



Allah SWT berfirman :

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ۖ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).(Q.S Al anbiya : 68)

Hari kiamat adalah hari berakhirnya seluruh kehidupan di dunia.  Hari kiamat ditandai dengan bunyi terompet sangkakala oleh Malaikan Israfil atas perintah dari Allah SWT
Alla SWT berfirman :
إِنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزَىٰ كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَىٰ
Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.(Q.S ta ha : 15)

Tidak ada yang tahu kapan datang nya hari kiamat,  oleh sebab itu hendak nya setiap umat muslim saling mempersiapkan diri yakni dengan cara mengerjakan amal shaleh sebagai bekal di akhirat nanti.  Setiap perbuatan yang dilakukan oleh umat manusia di dunia akan dihitung dan dimintai pertanggung jawaban nya di akhirat nanti.  Allah SWT berfirman :
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا ۖ وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِينَ
Artinya : Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.(Q.S Al anbiya : 47)

Hari kiamat datang secara tiba-tiba.  Tidak ada yang tahu pasti kapan datang nya hari kiamat, sebab pengetahuan datang nya hari kiamat itu adalah rahasia Allah. Allah SWT berfirman :
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً ۗ يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya : Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".(Q.S al a'raf : 187)

Peristiwa hari kiamat menjadi rahasia Allah SWT dan tak ada seorangpun yang tahu termasuk nabi dan malaikat. Rasulullah hanya memberi penjelasan tentang tanda-tanda akan datangnya hari kiamat.Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

بَادِرُوا بِاْلأَعْمَـالِ سِتًّا: طُلُوْعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، أَوِ الدُّخَانَ، أَوِ الدَّجَّالَ، أَوِ الدَّابَّةَ، أَوْ خَاصَّةَ أَحَدِكُمْ، أَوْ أَمْرَ الْعَامَّةِ.

Artinya : “Bersegeralah kalian dalam beramal (sebelum datang) enam hal: terbitnya matahari dari barat, asap, Dajjal, binatang, sesuatu yang khusus untuk kalian (kematian), atau masalah yang umum (hari Kiamat).”

Bagaimanakah saat-saat terjadinya kiamat? Pada saat hari kiamat tiba,  terjadi guncangan yang sangat dahsyat dimuka bumi. Akibat dari goncangan itu manusia diibaratkan seperti anai-anai yang bertebaran sebab mereka pada saat itu merasa kebingungan sehingga bercerai berai. Allah SWT berfirman :
وَمَاأَدْرَاكَ مَاالْقَارِعَةُ {3} يَوْمَ يَكُوْنُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوْثِ {4} وَتَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِ {5}
Artinya : 3) Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? 4) Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, 5) dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan. (Q.S Al-Qariah : 3-5)

Saat kiamat terjadi,  manusia yang satu dengan yang lain nya bahkan sudah tidak saling memperdulikan satu dengan yang lainnya.  Akibat dari hari kiamat itu bahkan digambarkan dalam ayat al quran,  saat kiamat terjadi seorang ibu yang menyusui meninggalkan anak yang disusuinya.  Padahal seorang ibu selalu mementingkan anaknya terlebih dahulu dibandingkan dirinya. Allah SWT berfirman :
يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَىٰ وَمَا هُمْ بِسُكَارَىٰ وَلَٰكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ
Artinya : (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya (Q.S Al-Hajj : 2)

Saat hari kiamat,  manusia akan diperlihatkan perbuatanya selama di dunia sehingga mereka teringat segala perbuatan mereka di dunia.  Kemudian akan diperlihatkan kepada mereka neraka sebagai tempat orang kafir. Allah SWT berfirman :
(34). فَإِذَا جَاءَتِ الطَّامَّةُ الْكُبْرَىٰ       
Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang.
(35). يَوْمَ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ مَا سَعَىٰ
Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya,
(36). وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِمَنْ يَرَىٰ
dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat.
(37). فَأَمَّا مَنْ طَغَىٰ                          
Adapun orang yang melampaui batas,
(38). وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
(39). فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَىٰ
maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya). (Q. S An-Naziat : 34-39)

Setelah hari kiamat,  manusia akan menjalani kehidupan selanjutnya yakni yaumul baats (hari kebangkitan).  Semua manusia akan dibangkitkan dari alam kubur nya.  Allah SWT berfirman :
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ۖ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
Artinya : Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).(Q.S Az-Zumar : 68)

Manusia yang dibangkitkan dari alam kuburnya kemudian akan dikumpulkan di padang Mahsyar.  Padang Mahsyar digambarkan tanah yang rata dan belum ditempati siapapun. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى أَرْضٍ بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ كَقُرْصَةِ النَقِيِّ لَيْسَ فِيْهَا عَلَمٌ لأَحَدٍ رواه مسلم وفي رواية البخاري: قَالَ سَهْلٌ أَوْ غَيْرُهُ: لَيْسَ فِيهَا مَعْلَمٌ لِأَحَدٍ
Pada hari Kiamat, manusia dikumpulkan di atas tanah yang rata seperti roti putih yang bundar dan pipih; tidak ada tanda untuk seorangpun. [HR Muslim. Dan dalam riwayat al Bukhari: Sahl atau yang lainnya berkata : “Tidak ada tanda bekas bagi seorangpun”

Kemudian setelah dikumpulkan nya umat manusia,  tiap-tiap dari mereka akan diukur amal perbuatan nya (yaumul hisab). Allah SWT berfirman : 
إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ (25) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ (26)       
Artinya : “Sungguh, kepada Kami-lah mereka kembali. kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kami-lah membuat perhitungan atas mereka.” (QS. Al-Ghasyiyah: 25 – 26)

Setelah amalan manusia dihitung,  kemudian amalan tersebut akan ditimbang (yaumul mizan).  Manusia yang berat timbangan amal buruk nya sungguh merugi karena tempat untuknya adalah neraka jahanam. Allah SWT berfirman :
فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (١٠٢) وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ (١٠٣)
Artinya : “Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung, Dan barangsiapa yang ringan timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal didalam neraka jahannam.” (QS. Al-Mukminun: 102-103)

Kemudian setelah ditimbang,  tiba saat nya dimana setiap manusia mendapat balasan atas perbuatan nya selama di dunia.  Allah SWT akan memberikan balasan kepada setiap hamba-Nya secara adil. Tidak ada satupun manusia yang akan dirugikan. Allah SWT berfirman :
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Artinya : Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (Q. S Al-Baqarah : 281)
Oleh sebab itu,  sebagai hamba Allah hendaknya kita mentaati perintah-Nya. Allah SWT berfirman :
قُلْ لِعِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا يُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خِلَالٌ

Artinya :Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu tidak ada jual beli dan persahabatan. (Q. S Ibrahim : 31)