Selasa, 10 Juli 2018


Bercermin Diri

Bercermin diri yang dimaksud kali ini ialah bercermin atas diri kita, untuk mengetahui kekurangan yang ada pada diri kita sehingga kita dapat memperbaikinya. Seringkali manusia lupa akan hal bercermin diri. Mereka sibuk mencari- cari kesalahan orang lain sehingga lupa untuk memperbaiki diri sendiri. Padahal, selagi masih diberi kesempatan oleh Allah SWT, sebaiknya kita gunakan waktu kita di dunia ini untuk memperbaiki diri. Sebab kita tidak akan tahu kapan kematian akan menjemput kita. Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S Al-Hasyr : 18)
Ingatlah bahwa setiap hal yang kita lakukan di dunia, di akhirat nanti kita akan menerima balasan nya. Jika selama di dunia kita sibuk mencari aib orang lain sedangkan kita lupa untuk memperbaiki diri kita sendiri, maka sungguh celakalah kita di akhirat nanti.  Sebab Allah SWT berfirman :
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ ﴿٧﴾ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.(Q.S Az-Zalzalah : 7-8)
Dengan introspeksi diri maka kita senantiasa akan berhati-hati dalam bertindak, sebab kita merasa bahwa diri kita tidak cukup baik dalam melaksanakan perintah Allah sehingga memunculkan niat untuk lebih memperbaiki diri lagi dalam nenjalankan perintah-Nya.
“Hitung-hitunglah (amal) diri kalian sebelum kalian dihitung ! Timbanglah (amal) diri kalian sebelum kalian ditimbang ! Perhitungan kalian kelak (di akherat) akan lebih ringan dikarenakan telah kalian perhitungkan diri kalian pada hari ini (di dunia). Berhiaslah (persiapkanlah) diri kalian demi menghadapi hari ditampakkannya amal. Pada hari itu kalian dihadapkan (kepada Rabb kalian), tiada sesuatupun dari keadaan kalian yang tersembunyi (bagi Allah). [HR. At-Tirmidzi].
Setiap manusia dimuka bumi ini tidak ada yang sempurna. Sebab manusia adalah tempatnya dosa. Oleh sebab itu perbanyaklah bertaubat. Mengapa kita sibuk mencari-cari kesalahan orang lain sedangkan kesalahan pada diri kita tidak kita lihat? Ketahuilah bahwasanya Allah sangat menyukai hamba-Nya yang senantiasa bertaubat kepada-Nya
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshori, pembatu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِى أَرْضِ فَلاَةٍ
“Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas.” (HR. Bukhari no. 6309 dan Muslim no. 2747).
 Dan jika Allah SWT menghendaki, maka akan diperlihatkan oleh-Nya aib yang ada pada diri seorang hamba agar ia senantiasa bertaubat.

 اِذَا أَرَدَ اللهُ بِعَبْدِهِ خَيْراً فَقَّهَهُ فىِ الدِّيْنِ وَ زَهَّدَهُ فِى الدُّنْيَا وَ بَصَّرَهُ بِعُيُوبِ

Jika Allah SWT menghendaki kebaikan bagi seorang hamba-Nya, maka Dia akan memberi kepandaian dalam agama, menjandikan zuhud di dunia dan memperlihatkan aib-aib (cacat) dirinya. (HR.Abu Na’im)
Untuk apa kita sibuk mencari-cari kesalahan orang lain? Padahal dengan melakukanya, kita tidak akan memperoleh kebaikan melainkan dosa yang akan kita terima. Oleh karena itu hindarilah sikap mencari-cari kesalahan pada orang lain, karena sikap tersebut sama hal nya dengan memakan daging saudara sendiri. Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيم
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S Al-Hujarat : 12)
Apabila kita ingin agar aib kita terjaga, maka dari itu kita juga harus menjaga aib orang lain. Apabila kita tidak ingin aib kita diperbincangkan, maka dari itu janganlah kita juga memperbincangkan aib orang lain. Sebab apabila kita sibuk mencari-cari aib yang ada pada orang lain, maka Allah SWT tak segan untuk menampilkan aib kita. Apabila Allah SWT telah membuka aib kita, maka tidak akan ada sesuatu apapun yang dapat menutupinya.
Dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu’anhu, bahwa beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Wahai sekalian orang yang beriman dengan lisannya yang belum sampai ke dalam hatinya, janganlah kalian mengganggu kaum muslimin, janganlah kalian menjelek-jelekkannya, janganlah kalian mencari-cari aibnya. Barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim niscaya Allah akan mencari aibnya. Barang siapa yang Allah mencari aibnya niscaya Allah akan menyingkapnya walaupun di dalam rumahnya,” (H.R. At Tirmidzi dan lainnya).
Bahkan umat muslim pun dilarang untuk membuka aibnya sendiri oleh Allah SWT, terlebih lagi jika ia membongkar aib orang lain. Sungguh perbuatan yang hanya akan mendatangkan dosa. Rasulullah Saw. Beliau bersabda, “Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari , kemudian di pagi harinya ia berkata: “Wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu- padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya.” (HR. Bukhari Muslim, — Shahih).
Kita harus menyadari Setiap ucapan, perilaku ataupun perbuatan yang akan kita lakukan diawasi oleh malaikat Raqib dan Atid. Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Allâh Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwa Dialah yang menciptakan manusia, baik laki maupun perempuan, Dia Mengetahui keadaan mereka, mengetahui apa yang membuat hati mereka senang dan apa yang dibisikkan oleh hati mereka. Kedekatan-Nya dengan manusia lebih dekat daripada urat lehernya, padahal urat leher ini termasuk anggota tubuh yang paling dekat dari manusia. Yaitu urat yang berada di sekitar lubang tenggorokan. Pemberitahuan Allâh Subhanahu wa Ta’ala ini dapat memotivasi seseorang untuk murâqabah (merasa diawasi) oleh Sang Pencipta, yaitu Dzat yang mengawasi batinnya, yang dekat darinya dalam segala situasi dan kondisi. Hendaklah seseorang malu dilihat oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala jika ia mau melakukan apa yang dilarang dan meninggalkan apa yang diperintahkan. Dan sebelum seseorang mengucapkan atau melakukan kemungkaran atau meninggalkan kewajibannya, hendaklah merasa diawasi oleh malaikat yang berada di sebelah kanan dan kirinya yang siap melaksanakan tugasnya. Di sebelah kanannya adalah malaikat pencatat perkataan dan perbuatan baik, sedangkan di sebelah kirinya adalah malaikat pencatat perkataan dan perbuatan buruk. Tidak ada satu pun perkataan yang terucap, baik perkataan itu baik atau buruk melainkan ada malaikat yang senantiasa mengawasi dan hadir bersamanya untuk mencatat ucapannya tersebut.
 
Allah SWT berfirman :
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.(Q.S Qaf : 18)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar