Senin, 06 Maret 2017

                                             Cinta Pada Dunia Lupa Akan Akhirat

Kehidupan duniawi seringkali menjadikan manusia lupa akan adanya akhirat. Manusia sibuk memikirkan bagaimana memperoleh kebahagiaan di dunia, sehingga mereka lupa akan bekal mereka ke akhirat.
Orang yang sangat mencintai dunia segala hal yang ia lakukan penuh dengan perhitungan terhadap dunia. Ia tak mengingat lagi kewajiban nya sebagai umat muslim untuk menjalankan perintah Allah SWT. Sungguh sangat disayangkan. Padahal setiap yang ada didunia ini akan binasa, termasuk manusia. Setiap manusia akan dihadapkan kepada kematian. Dengan mengetahui akan adanya kematian, hendaknya menjadikan umat manusia beribadah kepada Allah SWT

Allah SWT berfirman,

وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ ۘ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ ۚ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Artinya : Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (Q.S Al Qasas : 88)

Perlu diketahui, bahwasannya dunia ini bersifat sementara. Segala sesuatu yang ada di dunia hanya bersifat sementara, kesenangan yang ada di dunia ini pun bersifat sementara pula. Oleh sebab itu, janganlah kita terbuai akan keindahan duniawi hingga melupakan perintah Allah SWT sebagai bekal kita di akhirat nanti.

Allah SWT berfirman,
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Artinya : Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu (Q.S Al Hadid : 20)

            Allah menciptakan setiap umat manusia tak lain hanya untuk beribadah hanya kepada Nya. Oleh sebab itu, bukankah seharusnya kita tidak hanya sibuk mementingkan urusan duniawi tetapi kita juga harus melaksanakan kewajiban kita sebagai umat muslim?

Allah SWT berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya :Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S Az-Zariyat : 56)



            Ciri-ciri orang yang mencitai dunia dan lupa akan akhirat adalah mereka yang bermalas-malasan dalam beribadah. Saat azan telah telah terdengar dimana menandakan waktu salat telah tiba, seringkali kita sebagai umat manusia masih sibuk dengan urusan kita masing-masing. Tak jarang kita menunda waktu salat hingga hampir habis waktu salat tersebut, atau tak jarang kita akhirnya lupa untuk melaksanakan salat.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Artinya : Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi (Q.S Al-Munafiqun : 9)

Saat adzan hendak terdengar, alangkah baiknya jika kita meninggalkan terlebih dahulu kesibukan kita akan dunia, kemudian segera melaksanakan salat. Karena kita sebagai manusia tidak akan pernah tahu kapan ajal akan menghampiri kita. Saat kematian telah datang, kita sebagai manusia tidak bisa menunda nya. Saat kematian telah datang, sudah cukupkah bekal yang dapat kita bawa meenuju akhirat?

Allah SWT berfirman,

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ


Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.

Perasaan takut akan kematian, wajar adanya. Oleh sebab itu, rasa takut akan menghadapi kematian hendaknya menjadikan kita sebagai umat manusia lebih meningkatkan ibadah kita kepada Allah SWT.


عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : « أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ».
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani).

            Manusia yang hanya sibuk mencari kemewahan dan harta secara berlebihan di dunia akan mendapatkan balasan berupa api neraka. Semua yang mereka kerjakan di dunia akan menjadi sia-sia, karena harta dan kemewahan yang selama ini mereka kumpulkan tidak akan mampu menolongnya untuk keluar dari api neraka. Hanya amal ibadah lah yang mampu memasukan umat manusia menuju surga

Allah SWT berfirman,

 مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ
Artinya : Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. (Q.S Al- Hud :15)
Kemudian di ayat ke 16

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُون
Artinya : Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S Al-Hud : 16)

            Sebenarnya, kita umat manusia diperbolehkan untuk menikmati kesenangan duniawi, asal berada pada batas-batasnya. Tidak menjadikan kesenangan duniawi sebagai penyebab kita melupakan perintah Allah SWT.

Allah SWT berfirman,

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S Al Qasas :77)

            Saat kita sebagai manusia mencari kebahagiaan dunia hingga melebihi batas-batasnya, maka kita tidak akan pernah merasa kebahagiaan dunia yang kita telah peroleh cukup, kita akan selalu merasa kurang. Padahal kebahagiaan yang kita peroleh di dunia ini, tidak dapat kita bawa ke akhirat selain amal ibadah kita sendiri.

(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ
“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)


Demikianlah pembahasan saya kali ini, semoga bermanfaat. Wassalamualaikum Wr. Wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar