Kamis, 10 Oktober 2019

Akhlaq




Akhlaq. Apa sebenarnya akhlaq itu? Kata akhlaq berasal dari bahasa arab yakni “Khulqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kata akhlak mempunyai persesuaian dengan kata “Khaliq” yang berarti pencipta. Definisi Akhlaq menurut Imam Al-Ghazali yaitu hal ikhwal yang melekat dalam jiwa, daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa difikir & diteliti.
Akhlaq sebagai suatu cara berbuat dan sebagai suatu tata aturan yang universal tidak hanya mengatur tata aturan terhadap sesama manusia & lingkungan hidup, tetapi juga mengatur bagaimana manusia bersikap & berbuat terhadap penciptanya.
Tata aturan dan tata tingkah laku terhadap Allah SWT pencipta manusia dan alam semesta berlaku universal dinyatakan melalui wahyu-wahyu yang tidak dapat disangkal kebenarannya adalah Al-Quran. Suatu akhlaq dikatakan baik jika sesuai dengan kehendak Allah SWT dan sunnah Nabi, yang dikatakan buruk jika tidak sejalan dengan kehendak Allah SWT.
Lalu kenapa sebenarnya manusia sebagai makhluk Allah SWT perlu mempelajari Akhlaq?  Sebab akhlaq memilikl tujuan agar menuntun kita sebagai hamba-Nya pada kebaikan.  Sebab manusia yang berilmu saja tidak cukup jika tidak dibarengi oleh akhlaq. Mengapa demikian? Manusia yang hanya berilmu tetapi tidak berakhlaq menggunakan ilmu yang dimilikinya hanya untuk kepentingannya sendiri. Lihat saja contohnya para pegawai pemerintahan, pengusaha bahkan sampai kepada mereka sang penegak hukum, ikut terlibat dalam tindak korupsi. Padahal mereka merupakan orang-orang yang dapat dikatakan berilmu. itulah contoh pentingnya akhlaq dalam kehidupan.
Lalu bagaimanakah akhlaq kita seharusnya terhadap Allah SWT yang menciptakan kita? Imam  Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
“Keluhuran akhlak itu terbagi dua. Yang Pertama, akhlak yang baik kepada Allah, yaitu meyakini bahwa segala amalan yang anda kerjakan mesti (mengandung kekurangan/ketidaksempurnaan) sehingga membutuhkan udzur (dari-Nya) dan segala sesuatu yang berasal dari-Nya harus disyukuri. Dengan demikian, anda senantiasa bersyukur kepada-Nya dan meminta maaf kepada-Nya serta berjalan kepada-Nya sembari memperhatikan dan mengakui kekurangan diri dan amalan anda. Kedua, akhlak yang baik terhadap sesama. kuncinya terdapat dalam dua perkara, yaitu berbuat baik dan tidak mengganggu sesama dalam bentuk perkataan dan perbuatan”
Maka dapat dikatakan salah satu akhlaq yang baik terhadap Allah SWT yakni senantiasa bersyukur terhadap segala Nikmat yang Allah SWT telah berikan kepada kita selaku hamba-Nya. Nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita tak dapat kita hitung jumlah-Nya, tetapi tetap saja kita selalu lupa uuntuk bersyukur kepada-Nya

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.(Q.S Ibrahim : 34)
Kemudian akhlaq yang baik terhadap Allah SWT lainya yakni senantiasa bertaubat. Sebab kita selaku umat manusia tak luput dari kesalahan baik yang kita sadari ataupun tanpa kita sadari. Allah SWT berfirman :

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa’: 110)
            Jangan lah kita menunda-nunda taubat, sebab kita tak pernah tau kapan ajal akan menghampiri kita. Jangan sampai kita menyesal. Sebab penyesalan memang berada diakhir. Allah SWT berfirman :
Demikianlah beberapa akhlaq yang baik terhadap Allah SWT sang Pencipa. Lalu bagaimana akhlaq kita sebagai anak terhadap kedua orang tua? Allah SWT berfirman :
وَلَوْ يُؤَاخِذُ ٱللَّهُ ٱلنَّاسَ بِظُلْمِهِم مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِن دَآبَّةٍ وَلَٰكِن يُؤَخِّرُهُمْ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَـْٔخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya. (An-Nahl 16:61)
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. QS Al-Isra : 23-24.”
            Maka dapat dikatakan bahwasannya akhlaq yang baik terhadap orang tua ialah tidak berkata kasar kepada mereka. Jangankan berkata kasar, mengucapkan kata “ah” saja jelas sudah dilarang dalam Al-Quran. Kedua orangtua kita mengajarkan kita cara berbicara bukan untuk mendengar kata kasar kita kepada mereka. Sungguh teririslah perasaan setiap orang tua mendengar anaknya mengucapkan kata-kata kasar, terlebih lagi jika kata kasar tersebut ditujukan untuknya.
            Selain kepada kedua orang tua, islam juga mengajarkan akhlaq kita terhadap tetangga. Rasulullah SAW bersabda :
“Tetangga sebelum rumah, kawan sebelum jalan, dan bekal sebelum perjalanan.” (HR. Khathib)
Hendaknya kita menjalin hubungan yang baik dengan tetangga kita, sebab sesudah keluarga, tetanggalah orang yang dekat dengan kita. Lalu bagaimanakah hubungan baik yang dimaksud? Rasulullah SAW menguraikan bagaimana berbuat baik dengan tetangganya. Beliau bersabda:
“Hak tetangga itu ialah, apabila ia sakit kamu menjenguknya, apabila ia meninggal kamu mengiringi jenazahnya, apabila ia membutuhkan sesuatu kamu meminjaminya, apabila ia tidak memiliki pakaian kamu memberinya pakaian, apabila ia mendapatakan kebajikan kamu kmau mengucapkan selamat kepadanya, apabila ia mendapatkan musibah kamu bertakziah kepadanya, jangan engkau meninggalkan rumahmu atas rumahnya sehingga angin terhalang masuk rumahnya, dan janganlah kamu menyakitinya dengan bau periukmu kecuali kamu memberinya sebagian dari masakan itu.” (HR. Tabranni)
            Demikianlah beberapa akhlaq yang harus kita terapkan selaku Manusia sebagai hamba Allah SWT, sebagai seorang anak dan sebagai seorang tetangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar