Selasa, 10 Desember 2019

Sudahkah Kita Bersyukur??


Sadarkah kita, bahwaAllah memberikan nikmat kepada kita, umat manusia dengan jumlah yang tidak dapat kita ukur. Mulai dari bumi tempat dimana kita tinggal, kemudian air, hewan ternak, tumbuh-tumbuhan dan yang lain nya sebagai  isi bumi yang tentu saja tidak dapat dihitung nilainya. Diantara nikmat Allah tersebut terkandung dalam surah Az-Zakhruf ayat 9-13. Allah SWT berfirman :


Artinya: 
9) Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: “siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’’ niscaya mereka kan menjawab : “semuanya di ciptakan oleh yang maha perkasa lagi maha mengetahui’’.
10) yang menjadikan bumi untuk kami sebagai tempat menetap dan dia membuat jalan-jalan diatas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk
11) Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang di perlukan)lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati,seperti itulah kamu akan di keluarkan (dari dalam kubur).
12) Dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi. Supaya kamu duduk di atas punggungnya kamudian kamu ingat ni’mat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: “Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya.( Q.S. Az-Zukhruf: 9-13)
13) Sungguh banyak sekali nikmat yang Allah berikan kepada kita. Dan oleh sebab itu rasa syukur kita tidak akan pernah cukup untuk membalas -Nya

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nahl: 18)

Nikmat yang diberikan Allah kepada hamba-Nya tak dapat kita hitung jumlahnya. Namun, meskipun banyak sekali nikmat yang Allah berikan kepada kita, tetap saja seringkali kita lupa untuk bersyukur kepada-Nya.

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.(Q.S Ibrahim : 34)

                Bahkan tak jarang pula kita mencela dan merasa kurang atas nikmat yang sudah Allah berikan kepada kita. Seperti contohnya kita selalu merasa kurang dengan rezeki yang Allah berikan kepada kita, padahal Allah memberikan kita sehat yang sangat mahal garga nya. Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667).

Sebagian dari kita menganggap nikmat Allah hanya sebatas harta. Sungguh sifat manusia yang tidak pernah merasa puas dengan harta.Padahal kesehatan, umur panjang, itu semua adalah nikmat dari Allah yang luar biasaa.
Ibnu Az Zubair pernah berkhutbah di Makkah, lalu ia mengatakan “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya manusia diberi lembah penuh dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6438)
             Apabila kita selalu bersyukur kepada Allah, tentunya kita tidak akan pernah mengeluh, merasa kurang atas nikmat yang Allah SWT berikan. Sebab Allah SWT senantiasa menambah nikmat-Nya kepada hamba nya yang bersyukur. Allah SWT berfirman :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S Ibrahim : 7)

Mereka yang senantiasa bersyukur atas nikmat Allah akan mendapatkan balasan dari-Nya. Tentu saja, mereka yang tidak bersyukur juga akan mendapat akibatnya. Allah SWT berfirman:

وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ...
"Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (Qs. Ali Imran:145)

لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ ۚ فَتَمَتَّعُوا ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ
“Biarlah mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka; maka bersenang-senanglah kamu. Kelak kamu akan mengetahui (akibatnya)”. (Q.S An-Nahl :55).

            Kadang, manusia lupa untuk bersyukur kepada Allah karena merasa apa yang ia pinta kepada-Nya belum terkabul. Padahal bisa jadi apa yang kita pinta, bukan menjadi yang terbaik untuk diri kita menurut-Nya. Yang kita ingin kan belum tentu apa yang kita butuhkan. Saaat apa yang telah kita pinta kepada Allah belum terkabul, terkadang kita menjadi kecewa, bahkan tak jarang marah dan menganggap bahwa Allah SWT tak adil. Allah SWT berfirman : 

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ (البقرة: 216)
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu me-nyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqarah: 216)

            Oleh sebab itu jangan lah kita suudzon kepada Allah dengan menganggap bahwa Allah tak adil. Mereka yang berburuk sangka kepada Allah SWT, neraka Jahanam lah tempat mereka kembali. Allah SWT berfirman:



  1. “dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali”. (Q.S Al-Fath : 6)

Minggu, 10 November 2019

                                                         Keistimewaan Sholat Shubuh
           

Allah SWT berfirman :
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (Q.S Al-Baqarah : 45)

الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya (Q.S Al-Baqarah : 46)

Sholat shubuh memiliki rakaat yang lebih sedikit dibanding dengan rakaat sholat lainya. Tapi saat waktu sholat shubuh tiba, seringkali rasa kantuk menguasai diri kita hingga akhirnya kewajiban itu kita tinggalkan. Padahal dengan melakukan sholat shubuh sungguh banyak keutamaan yang kita dapat.
·         Menang melawan syaitan
Dari Ibnu Mas’ud, dia berkata: “ditunjukkan kepada nabi seseorang yang tidur sampai pagi maka Nabi berkata: Setan telah kencing di telinganya” (H.R Bukhari-Muslim)
Para ahli shubuh merupakan orang yang menang melawan godaan syaitan. Mereka menang dengan cara bangun melawan rasa kantuk dipagi hari untuk melaksanakan shalat shubuh.
·         Setara dengan shalat semalam penuh
“Barangsiapa yang shalat isya’ berjamaah seakan-akan ia mengerjakan shalat setengah malam dan barangsiapa yang shalat shubuh berjamaah seakan-akan ia telah shalat malam semalam suntuk.” (H.R Muslim dari Utsman bin Affan)

            Berdasarkan hadist tersebut, maka sholat shubuh dua rakaat yang dilaksanakan berjamaah setara dengan shalat malam semenjak waktu isya’ sampai terbit fajar. Lantas, masihkah kita lebih memilih tidur daripada mendapat karunia sebesar itu???

·         Disaksikan para malaikat
Allah SWT berfirman :
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَىٰ غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ ۖ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Q.S Al-Isra : 78)

·         Selamat dari kemunafiqan
“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik melebihi shalat shubuh dan isya’. Seandainya mereka mengetahui keutamaan keduanya pastilah mereka akan mendatangi (ke masjid) walaupun dengan merangkak.” (H.R Bukhari-Muslim)
Apabila sholat shubuh seringkali kita tinggalkan maka kita termasuk kedalam golongan orang yang munafik.
Allah SWT berfirman :
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (Q.S An-Nisa :142)

·         Berkah di sekitar waktu subuh
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ »
Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.”

“Allah turun ke langit dunia setiap malam pada sepertiga malam terakhir, kemudian Allah berfirman, “Siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan! Siapa yang meminta kepada Ku niscaya Aku beri! Siapa yang meminta ampun kepada –Ku tentu Aku ampuni”. Demikianlah keadaan nya hingga terbit fajar.” (H.R Bukhari no. 145, Muslim No.758)
Berdasarkan hadist tersebut dapat diketahui bahwa disekitar waktu shubuh merupakan waktu-waktu yang istimewa. Sungguh beruntung orang-orang yang melaksanakan sholat shubuh, terutama mereka yang sudah bangun sebelum waktu sholat shubuh tiba.

·         Berdzikir setelah subuh, dosa diampuni walau sebesar lautan
 Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
Artinya: “Barangsiapa yang mengucapkan: Subhanallah wabihamdih (Maha suci Allah dan dengan segala pujian hanya untuk-Nya) sehari 100 (seratus) kali, maka kesalahan-kesalahannya akan diampuni (Allah) walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Imam Al-Bukhari no. 5926 dan Muslim no. 2691)
Sungguh Allah maha pengampun bagi hamba-Nya.

·         Alat Ukur Kebahagiaan dan kesuksesan seseorang
Orang yang shalat shubuhnya paling baik maka dia orang yang paling bahagia karena dialah yang paling tentram hatinya. Allah SWT berfirman :
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram (Q.S Ar-Ra'du : 28)
            Kunci ketentraman hati ada pada dzikrullah. Orang yang melakukan sholat shubuh setara dengan sholat semalam suntuk. Bayangkan betapa tentram nya hati seseorang yang semalam penuh mengerjakan shalat?
·         Terlepas dari ikatan syaitan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ ، وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ

“Ketika kalian tidur, syetan membuat tiga ikatan di tengkuk kalian. Di setiap ikatan setan akan mengatakan, “Malam masih panjang, tidurlah!” Jika ia bangun lalu berdzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika ia berwudhu, lepas lagi satu ikatan berikutnya. Kemudian jika ia mengerjakan shalat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, jiwanya jadi kotor dan malas.” (HR. Al Bukhari)
Tentunya setiap orang ingin dada nya menjadi lapang dan gembira. Berdasarkan hadist tersebut, mereka yang melakukan dzikir, berwudhu kemudian melaksanakan shalat maka terlepas lah semua ikatan syaitan pada diri kita sehingga dada kita menjadi lapang dan menjadikan kita bersemangat dan bergembira di pagi harinya.





            Demikianlah keistimewaan-keistimewaan shalat subuh yang sungguh amat disayangkan seringkali kita lewatkan. Semoga dengan mengetahui keistimewaan dari sholat shubuh, kita tidak lagi melalaikan ibadah sholat subuh

Kamis, 10 Oktober 2019

Akhlaq




Akhlaq. Apa sebenarnya akhlaq itu? Kata akhlaq berasal dari bahasa arab yakni “Khulqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kata akhlak mempunyai persesuaian dengan kata “Khaliq” yang berarti pencipta. Definisi Akhlaq menurut Imam Al-Ghazali yaitu hal ikhwal yang melekat dalam jiwa, daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa difikir & diteliti.
Akhlaq sebagai suatu cara berbuat dan sebagai suatu tata aturan yang universal tidak hanya mengatur tata aturan terhadap sesama manusia & lingkungan hidup, tetapi juga mengatur bagaimana manusia bersikap & berbuat terhadap penciptanya.
Tata aturan dan tata tingkah laku terhadap Allah SWT pencipta manusia dan alam semesta berlaku universal dinyatakan melalui wahyu-wahyu yang tidak dapat disangkal kebenarannya adalah Al-Quran. Suatu akhlaq dikatakan baik jika sesuai dengan kehendak Allah SWT dan sunnah Nabi, yang dikatakan buruk jika tidak sejalan dengan kehendak Allah SWT.
Lalu kenapa sebenarnya manusia sebagai makhluk Allah SWT perlu mempelajari Akhlaq?  Sebab akhlaq memilikl tujuan agar menuntun kita sebagai hamba-Nya pada kebaikan.  Sebab manusia yang berilmu saja tidak cukup jika tidak dibarengi oleh akhlaq. Mengapa demikian? Manusia yang hanya berilmu tetapi tidak berakhlaq menggunakan ilmu yang dimilikinya hanya untuk kepentingannya sendiri. Lihat saja contohnya para pegawai pemerintahan, pengusaha bahkan sampai kepada mereka sang penegak hukum, ikut terlibat dalam tindak korupsi. Padahal mereka merupakan orang-orang yang dapat dikatakan berilmu. itulah contoh pentingnya akhlaq dalam kehidupan.
Lalu bagaimanakah akhlaq kita seharusnya terhadap Allah SWT yang menciptakan kita? Imam  Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
“Keluhuran akhlak itu terbagi dua. Yang Pertama, akhlak yang baik kepada Allah, yaitu meyakini bahwa segala amalan yang anda kerjakan mesti (mengandung kekurangan/ketidaksempurnaan) sehingga membutuhkan udzur (dari-Nya) dan segala sesuatu yang berasal dari-Nya harus disyukuri. Dengan demikian, anda senantiasa bersyukur kepada-Nya dan meminta maaf kepada-Nya serta berjalan kepada-Nya sembari memperhatikan dan mengakui kekurangan diri dan amalan anda. Kedua, akhlak yang baik terhadap sesama. kuncinya terdapat dalam dua perkara, yaitu berbuat baik dan tidak mengganggu sesama dalam bentuk perkataan dan perbuatan”
Maka dapat dikatakan salah satu akhlaq yang baik terhadap Allah SWT yakni senantiasa bersyukur terhadap segala Nikmat yang Allah SWT telah berikan kepada kita selaku hamba-Nya. Nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita tak dapat kita hitung jumlah-Nya, tetapi tetap saja kita selalu lupa uuntuk bersyukur kepada-Nya

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.(Q.S Ibrahim : 34)
Kemudian akhlaq yang baik terhadap Allah SWT lainya yakni senantiasa bertaubat. Sebab kita selaku umat manusia tak luput dari kesalahan baik yang kita sadari ataupun tanpa kita sadari. Allah SWT berfirman :

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa’: 110)
            Jangan lah kita menunda-nunda taubat, sebab kita tak pernah tau kapan ajal akan menghampiri kita. Jangan sampai kita menyesal. Sebab penyesalan memang berada diakhir. Allah SWT berfirman :
Demikianlah beberapa akhlaq yang baik terhadap Allah SWT sang Pencipa. Lalu bagaimana akhlaq kita sebagai anak terhadap kedua orang tua? Allah SWT berfirman :
وَلَوْ يُؤَاخِذُ ٱللَّهُ ٱلنَّاسَ بِظُلْمِهِم مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِن دَآبَّةٍ وَلَٰكِن يُؤَخِّرُهُمْ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَـْٔخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya. (An-Nahl 16:61)
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. QS Al-Isra : 23-24.”
            Maka dapat dikatakan bahwasannya akhlaq yang baik terhadap orang tua ialah tidak berkata kasar kepada mereka. Jangankan berkata kasar, mengucapkan kata “ah” saja jelas sudah dilarang dalam Al-Quran. Kedua orangtua kita mengajarkan kita cara berbicara bukan untuk mendengar kata kasar kita kepada mereka. Sungguh teririslah perasaan setiap orang tua mendengar anaknya mengucapkan kata-kata kasar, terlebih lagi jika kata kasar tersebut ditujukan untuknya.
            Selain kepada kedua orang tua, islam juga mengajarkan akhlaq kita terhadap tetangga. Rasulullah SAW bersabda :
“Tetangga sebelum rumah, kawan sebelum jalan, dan bekal sebelum perjalanan.” (HR. Khathib)
Hendaknya kita menjalin hubungan yang baik dengan tetangga kita, sebab sesudah keluarga, tetanggalah orang yang dekat dengan kita. Lalu bagaimanakah hubungan baik yang dimaksud? Rasulullah SAW menguraikan bagaimana berbuat baik dengan tetangganya. Beliau bersabda:
“Hak tetangga itu ialah, apabila ia sakit kamu menjenguknya, apabila ia meninggal kamu mengiringi jenazahnya, apabila ia membutuhkan sesuatu kamu meminjaminya, apabila ia tidak memiliki pakaian kamu memberinya pakaian, apabila ia mendapatakan kebajikan kamu kmau mengucapkan selamat kepadanya, apabila ia mendapatkan musibah kamu bertakziah kepadanya, jangan engkau meninggalkan rumahmu atas rumahnya sehingga angin terhalang masuk rumahnya, dan janganlah kamu menyakitinya dengan bau periukmu kecuali kamu memberinya sebagian dari masakan itu.” (HR. Tabranni)
            Demikianlah beberapa akhlaq yang harus kita terapkan selaku Manusia sebagai hamba Allah SWT, sebagai seorang anak dan sebagai seorang tetangga.

Selasa, 10 September 2019



Ikhlas merupakan perbuatan yang mudah diucapkan tetapi sangat sulit dilakukan. Ikhlas sendiri memiliki makna melakukan segala sesuatu nya tanpa mengharapkan imbalan apa-apa. Salah satu contohnya yakni keikhlasan dalam memberi. Tidak ikhlas namanya jika kita “mengumbar” apa yang telah kita berikan kepada orang lain. Karena sebenarnya, memberi yang demikian itu bermaksud memperoleh pujian atas apa yang diberikanSungguh amat sangat rugi apabila kita termasuk orang yang demikianKarena hanya akan menghapus pahala sedekah yang ia lakukan. Allah SWT berfirman :  
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْداً لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ 
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir . “ (Al Baqarah:264) 
Contoh perilaku ikhlas lainya yakni ikhlas dalam beribadah, maksudnya yakni melakukan ibadah semata-mata mengharap ridho Allah SWT bukan bermaksud riya, dan mendapatkan pujian. Sebab yang demikian itu termasuk kedalam orang-orang yang munafik. Orang munafik melakukan shalat dengan maksud dipuji manusia, dihormati dan dimuliakan dan tidak melakukannya dengan ikhlas karena Allah SWT. firman AllohSWT 
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلا قَلِيلاً 
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisaa’ : 142) 
Setiap perbuatan yang kita lakukan berawal  dari niatOleh sebab itu hendaknya ibadah yang kita lakukan didasari niat semata-mata mencari ridho Allah SWT. Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas)berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. 
Tidak ikhlas namanya, jika kita masih merasakan sakit. Rasa sakit yang muncul di hati kita tak lain disebab kan kita tak mampu menerima keadaan yang semestinya. Segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendak Allah SWT. “Manusia boleh berencana, tetapi Allah yang menentukan”. firman Allah: 
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ 
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216) 
Salah satu contoh sikap ikhlas lainya yakni ikhlas dalam memaafkan. Tidak ikhlas namanya, jika dalam memaafkan kita masih menyimpan dendam. Tidak ikhlas namanya, jika dalam memaafkan kita masih sering mengungkit kesalahan orang tersebut. Firman Allah SWT :  
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ 
(Orang-orang yang bertakwa adalah) mereka yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya serta (mudah) memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. [Ali-Imran/3:134] 
Terkadang mulut kita berucap “ikhlas” padahal hati belum tentu demikian. apabila kita merasa ikhlas akan sesuatu, tak perlu kita ucapkan, sebab dikhawatirkan ikhlas tersebut akan menyebabkan riya. Ibnul Qayyimrahimahulloh berkata dalam kitabnya Al-Fawaid, “Ikhlas adalah sesuatu yang mana Malaikat tidak mengetahui sehingga mencatatnya, dan setan sehingga merusaknya dan tidaklah sahabat yang takjub padanya sehingga membatalkan ibadahnya.” 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam perkara ini mengatakan: “Suatu jenis amalan yang dikerjakan oleh manusia dengan menyempurnakan keikhlasannya dan ketundukkannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, terkadang Allah Subahnahu wa Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa besar dengan sebab amalan itu, sebagaimana hadits al-bithaqah (seorang yang memiliki satu kartu Laa ilaaha illa Allah, lalu diampuni dosa-dosanya sebanyak 99 lembaran catatan amal keburukan-red)…ini karena dia mengucapkan Laa ilaaha illa Allah dengan ikhlas dan jujur/benar, karena kalau tidak, maka para pelaku dosa besar yang masuk ke dalam neraka semuanya juga mengucapkan tauhid, tetapi perkataan mereka tidaklah lebih berat terhadap dosa-dosa mereka sebagaimana pemilik kartu (Laa ilaaha illa Allah) itu.” 
Hadits pemilik kartu Laa ilaaha illa Allah itu, adalah sebagai berikut: 
Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallahu ‘anhu , dia berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah akan mengadili salah seorang laki-laki dari ummatku di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat. Lalu ditunjukan kepada laki-laki tersebut 99 catatan (amal keburukan), setiap satu catatan panjangnya sejauh mata memandang. Kemudian dikatakan kepada laki-laki tersebut: ”Apakah kau ingkari dari semua ini (kedzaliman yang telah kau perbuat)? Apakah para malaikat-Ku pencatat dan penjaga amalan menzhalimimu? Laki-laki tersebut menjawab: “Tidak Ya Tuhanku!”. Lalu Allah berkata kepada laki-laki tersebut: “Apakah engkau punya alasan (berbuat kezhaliman itu)? Laki-laki tersebut menjawab: “Tidak Ya Tuhanku!”. Kemudian Allah berkata kepada laki-laki tersebut: “Ya benar, tetapi sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi Kami, dan sesungguhnya tidak ada kedzaliman atasmu pada hari ini. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengeluarkan sebuah kartu kecil yang di dalamnya terdapat : Asyhadu an laa ilaaha illa Allah wa asyhadu anna Muhamadan ‘abduhu warasuluhu (Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya). Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada orang tersebut: “Datangkan timbanganmu”, maka orang tersebut berkata: “Ya Tuhan untuk apa kartu kecil ini dibandingkan dengan catatan (amal keburukan) ini ?”, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada orang tersebut: “Sesungguhnya pada hari ini tiada kedzaliman”. Maka diletakkanlah catatan itu pada salah satu daun timbangan, dan kartu kecil itu diletakan pada satu daun timbangan yang lain. Maka jadi ringanlah catatan-catatan `amal keburukan itu dan beratlah kartu kecil tersebut, maka tiadalah sesuatupun yang menjadi berat dibandingkan dengan nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. [HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa’i]. 
Iblis berjanji bahwasanya ia akan menyesetkan anak cucu adam di dunia.  Namun, Ikhlas akan membebaskan kita dari kesesatan yang dilakukan oleh iblis, Allah SWT berfirman :  
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأرْضِ وَلأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (٣٩) إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (٤٠) 
Artinya: 
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. (15: 39) Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka." (15: 40) 
]