Bercermin Diri
Bercermin diri yang dimaksud kali
ini ialah bercermin atas diri kita, untuk mengetahui kekurangan yang ada pada
diri kita sehingga kita dapat memperbaikinya. Seringkali manusia lupa akan hal
bercermin diri. Mereka sibuk mencari- cari kesalahan orang lain sehingga lupa
untuk memperbaiki diri sendiri. Padahal, selagi masih diberi kesempatan oleh
Allah SWT, sebaiknya kita gunakan waktu kita di dunia ini untuk memperbaiki
diri. Sebab kita tidak akan tahu kapan kematian akan menjemput kita. Allah SWT
berfirman :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ
وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S Al-Hasyr : 18)
Ingatlah bahwa setiap hal yang kita
lakukan di dunia, di akhirat nanti kita akan menerima balasan nya. Jika selama
di dunia kita sibuk mencari aib orang lain sedangkan kita lupa untuk
memperbaiki diri kita sendiri, maka sungguh celakalah kita di akhirat nanti. Sebab Allah SWT berfirman :
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ
ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ ﴿٧﴾ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Q.S Az-Zalzalah : 7-8)
Dengan introspeksi diri maka kita
senantiasa akan berhati-hati dalam bertindak, sebab kita merasa bahwa diri kita
tidak cukup baik dalam melaksanakan perintah Allah sehingga memunculkan niat
untuk lebih memperbaiki diri lagi dalam nenjalankan perintah-Nya.
“Hitung-hitunglah
(amal) diri kalian sebelum kalian dihitung ! Timbanglah (amal) diri kalian
sebelum kalian ditimbang ! Perhitungan kalian kelak (di akherat) akan lebih
ringan dikarenakan telah kalian perhitungkan diri kalian pada hari ini (di
dunia). Berhiaslah (persiapkanlah) diri kalian demi menghadapi hari
ditampakkannya amal. Pada hari itu kalian dihadapkan (kepada Rabb kalian),
tiada sesuatupun dari keadaan kalian yang tersembunyi (bagi Allah). [HR.
At-Tirmidzi].
Setiap manusia dimuka bumi ini
tidak ada yang sempurna. Sebab manusia adalah tempatnya dosa. Oleh sebab itu
perbanyaklah bertaubat. Mengapa kita sibuk mencari-cari kesalahan orang lain
sedangkan kesalahan pada diri kita tidak kita lihat? Ketahuilah bahwasanya Allah
sangat menyukai hamba-Nya yang senantiasa bertaubat kepada-Nya
Dari
Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshori, pembatu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau berkata bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
اللَّهُ أَفْرَحُ
بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ ، وَقَدْ أَضَلَّهُ
فِى أَرْضِ فَلاَةٍ
“Sesungguhnya
Allah itu begitu bergembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan
seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di
suatu tanah yang luas.” (HR. Bukhari no. 6309 dan Muslim no. 2747).
Dan
jika Allah SWT menghendaki, maka akan diperlihatkan oleh-Nya aib yang ada pada
diri seorang hamba agar ia senantiasa bertaubat.
اِذَا أَرَدَ
اللهُ بِعَبْدِهِ خَيْراً فَقَّهَهُ فىِ الدِّيْنِ وَ زَهَّدَهُ فِى الدُّنْيَا وَ
بَصَّرَهُ بِعُيُوبِ
“Jika Allah SWT
menghendaki kebaikan bagi seorang hamba-Nya, maka Dia akan memberi kepandaian
dalam agama, menjandikan zuhud di dunia dan memperlihatkan aib-aib (cacat)
dirinya”. (HR.Abu Na’im)
Untuk apa kita sibuk mencari-cari
kesalahan orang lain? Padahal dengan melakukanya, kita tidak akan memperoleh
kebaikan melainkan dosa yang akan kita terima. Oleh karena itu hindarilah sikap
mencari-cari kesalahan pada orang lain, karena sikap tersebut sama hal nya
dengan memakan daging saudara sendiri. Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ
إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ
أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا
اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيم
“Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari
purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.”
(Q.S Al-Hujarat : 12)
Apabila kita ingin agar aib kita
terjaga, maka dari itu kita juga harus menjaga aib orang lain. Apabila kita
tidak ingin aib kita diperbincangkan, maka dari itu janganlah kita juga
memperbincangkan aib orang lain. Sebab apabila kita sibuk mencari-cari aib yang
ada pada orang lain, maka Allah SWT tak segan untuk menampilkan aib kita.
Apabila Allah SWT telah membuka aib kita, maka tidak akan ada sesuatu apapun
yang dapat menutupinya.
Dari
sahabat Ibnu Umar radhiyallahu’anhu, bahwa beliau Shallallahu’alaihi wasallam
bersabda:
“Wahai
sekalian orang yang beriman dengan lisannya yang belum sampai ke dalam hatinya,
janganlah kalian mengganggu kaum muslimin, janganlah kalian
menjelek-jelekkannya, janganlah kalian mencari-cari aibnya. Barang siapa yang
mencari-cari aib saudaranya sesama muslim niscaya Allah akan mencari
aibnya. Barang siapa yang Allah mencari aibnya niscaya Allah akan menyingkapnya
walaupun di dalam rumahnya,” (H.R. At Tirmidzi dan lainnya).
Bahkan umat muslim pun dilarang
untuk membuka aibnya sendiri oleh Allah SWT, terlebih lagi jika ia membongkar
aib orang lain. Sungguh perbuatan yang hanya akan mendatangkan dosa. Rasulullah
Saw. Beliau bersabda, “Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang
terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah
seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari , kemudian di pagi
harinya ia berkata: “Wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu-
padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah
atas dirinya.” (HR. Bukhari Muslim, — Shahih).
Kita harus menyadari Setiap ucapan,
perilaku ataupun perbuatan yang akan kita lakukan diawasi oleh malaikat Raqib
dan Atid. Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Allâh Subhanahu
wa Ta’ala mengabarkan bahwa Dialah yang menciptakan manusia, baik laki maupun
perempuan, Dia Mengetahui keadaan mereka, mengetahui apa yang membuat hati mereka
senang dan apa yang dibisikkan oleh hati mereka. Kedekatan-Nya dengan manusia
lebih dekat daripada urat lehernya, padahal urat leher ini termasuk anggota
tubuh yang paling dekat dari manusia. Yaitu urat yang berada di sekitar lubang
tenggorokan. Pemberitahuan Allâh Subhanahu wa Ta’ala ini dapat memotivasi
seseorang untuk murâqabah (merasa diawasi) oleh Sang Pencipta, yaitu Dzat yang
mengawasi batinnya, yang dekat darinya dalam segala situasi dan kondisi.
Hendaklah seseorang malu dilihat oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala jika ia mau
melakukan apa yang dilarang dan meninggalkan apa yang diperintahkan. Dan
sebelum seseorang mengucapkan atau melakukan kemungkaran atau meninggalkan
kewajibannya, hendaklah merasa diawasi oleh malaikat yang berada di sebelah
kanan dan kirinya yang siap melaksanakan tugasnya. Di sebelah kanannya adalah
malaikat pencatat perkataan dan perbuatan baik, sedangkan di sebelah kirinya
adalah malaikat pencatat perkataan dan perbuatan buruk. Tidak ada satu pun
perkataan yang terucap, baik perkataan itu baik atau buruk melainkan ada
malaikat yang senantiasa mengawasi dan hadir bersamanya untuk mencatat
ucapannya tersebut.
Allah
SWT berfirman :
مَا يَلْفِظُ
مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Tiada
suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir.(Q.S Qaf : 18)