Sudahkah kita berilmu?
Dengan
ilmu, kita dapat mengetahui mana yang benar dan salah, dengan ilmu kita dapat
pengetahuan akan suatu hal yang bermanfaat entah untuk diri kita sendiri
ataupun orang lain. Oleh sebab itu, menuntut ilmu wajib hukumnya. Sebab segala
hal yang kita lakukan apabila tidak dilandasi dengan ilmu, maka kita akan
tersesat.
مَنْ اَرَدَ الّدُ نْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَدَ اْلاَخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِالْعِلمِ وَمَنْ اَرَدَ هُمَا مَعًا فَعَلَيهِ بِالْعِلْمِ
“Siapa yang ingin dunia (hidup di dunia dengan baik), hendaklah ia
berilmu, siapa yang ingin akhirat (hidup di akhirat nanti dengan senang)
hendaklah ia berilmu, siapa yang ingin keduanya, hendaklah berilmu”
Sudahkah
kita menuntut ilmu? Sebagian dari kita menganggap remeh ilmu. Mereka yang
diberi kesempatan untuk menuntut ilmu seperti di sekolah misalnya, menganggap
enteng ilmu sehingga mereka malas dalam belajar.
Dalam
beribadah, tentunya kita juga harus memiliki ilmu. Karena apabila kita tidak
berilmu, maka kita tidak akan tahu mana yang diperintahkan oleh Allah SWT dan
mana yang Allah SWT larang. Oleh sebab itu, ilmu memiliki kedudukan yang
penting.
Bahkan
dalam islam, Ilmu memiliki kedudukan yang tinggi seperti yang tertera dalam
hadist berikut :
Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan ahli ilmu atas ahli
ibadah adalah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah di antara
kalian." Setelah itu beliau melanjutkan, "Sesungguhnya Allah, para
malaikat, para penduduk langit dan bumi, bahkan semut di lubangnya, dan para
ikan mendoakan pengajar kebaikan pada manusia." (HR. Tirmidzi,
Darimi, dan disahihkan oleh Albani dalam Al-Misykah)
Tapi mengapa kita masih malas dalam
berilmu? Padahal ilmu yang kita pelajari bermanfaat tidak hanya untuk diri kita
sendiri, tapi juga untuk orang lain. Ilmu yang bermanfaat adalah amalan pahala
yang tidak akan terputus meski kita
sudah meninggal. Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا
مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ
صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka
terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang
dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Tak hanya itu, bahkan selain
beriman, orang yang berilmu akan Allah SWT tinggikan derajatnya. Allah SWT
berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖوَإِذَاقِيلَ انْشُزُوافَانْشُزُوا يَرْفَعِ الله الذِيْنَ امَنُوا مِنـْكُمْ وَالّذِيْنَ اُوتُو الْعِلْمَ دَرَجَـتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْـمَلُـوْنَ خَـبِيْـر
Artinya :
"Wahai orang-orang yang beriman!Apabila dikatakan kepadamu,"Berilah
kelapangan didalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman
diantara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat" ( Q.S
Al-Mujadalah ayat 11 )
Mereka
yang berilmu tent hidupnya tidak akan tersesat, sebab ia mememiliki
pengetahuan. Lain halnya dengan mereka yang tidak berilmu, hidup mereka tentu
akan tersesat sebab ia tidak memiliki pengetahuan tentang suatu apapun, bahkan
mereka bias saja menyesatkan yang lain.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut
ilmu dari dada-dada manusia, melainkan Ia mencabutnya dengan cara mematikan
para ulama. Dan dikala tidak ada lagi seorang alim pun yang hidup, manusia akan
menjadikan orang-orang bodoh (dari sisi agama) sebagai pemimpin. kemudian
mereka ditanya (dimintai fatwa). Mereka (orang yang jahil tsb) berfatwa tanpa
ilmu, sehingga mereka menjadi sesat dan menyesatkan." (HR. Bukhari)
Apabila
kita ingin sukses di dunia, tentunya kita juga harus memiliki ilmu. Orang yang
memiliki harta tetapi tidak memiliki ilmu, maka lama-kelamaan harta yang ia
punya akan habis percuma. Sedangkan mereka yang memiliki harta tetapi juga
ilmu, dapat menjaga harta nya tersebut agar tidak terbuang percuma bahkan harta
nya bisa jadi bertambah.
Ali bin Abi Tholib radhiyallahu anhu berkata :
الْعِلْمُ خَيْرٌ مِنْ الْمَالِ.
الْعِلْمُ يَحْرُسُك، وَأَنْتَ تَحْرُسُ الْمَالِ. الْعِلْمُ حَاكِمٌ وَالْمَالُ
مَحْكُومٌ عَلَيْهِ. مَاتَ خَزَّانُ الْأَمْوَالِ وَبَقِيَ خَزَّانُ الْعِلْمِ
أَعْيَانُهُمْ مَفْقُودَةٌ، وَأَشْخَاصُهُمْ فِي الْقُلُوبِ مَوْجُودَةٌ
“Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu bisa menjagamu,
sedangkan harta kamu yang menjaganya. Ilmu sebagai hakim sementara harta objek
yang dihukumi. Penumpuk harta mati, sedangkan penghimpun ilmu tetap abadi,
karena walaupun jasad mereka telah tiada, akantetapi kepribadian mereka tetap
hidup dihati” (Adabud Dunya Wad Diin, Almawardi hal.48)
Apabila
kita ingin hidup di akhirat nanti dengan senang yakni menempati surga, juga
dengan ilmu. Sebab dengan ilmu, ibadah yang kita lakukan akan dapat diterima
oleh Allah SWT. Oleh sebab itu, orang yang terus menerus menuntut ilmu maka ia
akan berakhir di surga.
Rasulullah shalallahu
alaihi wasallam bersabda :
لَنْ يَشْبَعَ الْمُؤْمِنُ مِنْ خَيْرٍ يَسْمَعُهُ حَتَّى يَكُونَ
مُنْتَهَاهُ الْجَنَّةَ
“Seorang mu’min tidak
akan pernah merasa puasa terhadap kebaikan (ilmu) yang ia dengar sehingga
perjalanannya berakhir di surga” (HR Tirmidzi : 2686, Jami’u bayanil ‘ilmi :
612)
Oleh sebab itu,
janganlah menganggap enteng sehingga malas dalam berilmu. Sebab ilmu adalah
anugerah dari Allah SWT kepada hamba-Nya yang berakal sehat. Adapun bagi mereka
yang lalai maka anugerah tersebut tidak akan memberikannya manfaat dan
pelajaran. Allah ta’ala berfirman:
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَآءُ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ
أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَايَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ
“Allah
menganugerahkan al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-Qur’an dan
as-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi
al-Hikmah, dia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya
orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman
Allah).” (Al-Baqarah: 269).