Memaafkan
Setiap
manusia di dunia ini, tak luput dari kesalahan. Baik itu kesalahan yang
disengaja ataupun tidak disengaja. Tanpa atau dengan disadari, terkadang kita
membuat orang lain sakit hati, terkadang pula orang lain lah yang membuat kita
sakit hati. Tak jarang sakit hati itu pun menimbulkan dendam yang tidak pernah
padam.
Sulit
rasanya untuk meminta maaf atas kesalahan yang kita perbuat kepada orang lain.
Terkadang kita dikalahkan oleh rasa ego kita dengan berkata “kalau minta maaf
berarti kita kalah”. Sesulit kita meminta maaf kepada orang lain, sesulit itu
pun kita untuk memaafkan kesalahan orang lain terhadap kita. Padahal kita pun
juga tak luput dari berbuat salah kepada orang lain. Lalu mengapa kita masih
sulit memaafkan?
قَوْلٌ
مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى ۗ وَاللَّهُ
غَنِيٌّ حَلِيم
Artinya : Perkataan yang baik dan
pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang
menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun (Q.S
Al-Baqarah : 263)
Berdasarkan
ayat diatas, orang yang memberikan maaf nya atas kesalahan orang lain lebih
baik dibanding sedekahnya orang yang diiringi dengan ucapan yang menyakitkan
penerima sedekah. Kita sebagai orang beriman diminta oleh Allah SWT untuk memberi
kan maaf dan memberi kan nasihat agar mereka kembali kejalan yang lurus.
Saat
orang lain menyakiti hati kita, sangat sulit rasanya untuk tidak membalas perbuatanya.
Tentu pernah terbesit keinginan untuk balas dendam. Namun islam mengajarkan
agar setiap orang beriman senantiasa sabar, oleh sebab itu jangan lah kita
membalas kejahatan yang kita terima dari orang lain dengan kejahatan pula.
وَلَا
تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
Artinya : Dan tidaklah sama kebaikan dan
kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba
orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi
teman yang sangat setia.
(QS. Fushilat: 34)
Seringkali
kita menganggap bahwa memaafkan orang lain adalah sikap yang lemah. Padahal
justru sebaliknya. Orang yang menahan amarahnya sesungguhnya ia adalah orang
yang kuat. Ia mampu menahan amarah atas kejahatan orang lain terhadapnya dengan
tidak membalas nya, padahal ia mampu untuk membalasnya.
Rasulullah bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيْدُ باِلصُّرْعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ
عِنْدَ الْغَضَبِ
“Orang yang kuat bukan yang
banyak mengalahkan orang dengan kekuatannya. Orang yang kuat hanyalah yang
mampu menahan dirinya di saat marah.” (HR. Al-Bukhari no. 6114)
Setiap amal perbuatan itu
mendapat balasan sesuai dengan jenis amal perbuatannya, sebagaimana kita mengampuni
dosa orang yang berdosa kepada kita, maka Allah mengampuni pula dosa-dosa kita.
Dan sebagaimana kita memaafkan, maka Allah pun memaafkan kita pula. Allah
SWT berfirman :
وَلَا
يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ
وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا
وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ
غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya : Dan janganlah orang-orang yang
mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka
(tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang
miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka
memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S An-Nur :
22)
Dengan tidak memaafkan,
apakah hati kita akan menjafi tenang? Tidak. Tentu saja hati kita akan dipenuhi
oleh rasa kebencian, menimbulkan penyakit hatj yakni dendam. Allah SWT
berfirman :
وَأَمَّا
الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ
وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ
Artinya : Dan adapun orang-orang yang di
dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran
mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan
kafir (Q.S At-Taubah : 125)
Penyakit hati
yang ada pada diri kita tersebut dapat membawa kita pada kekafiran dan mati
dalam keadaan kafir. Orang yang di dalam hati nya masih tersimpan dendam tidak
akan dibukakan untuknya pintu surga.
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda,
“Pintu-pintu surga itu dibuka pada hari Senin dan Kamis, lalu diampunkanlah bagi setiap hamba yang tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah, kecuali seseorang yang antara dirinya dan saudaranya itu ada rasa dendam, lalu dikatakanlah, ‘Nantikanlah dulu kedua orang ini sehingga keduanya berdamai kembali. Nantikanlah kedua orang ini sehingga keduanya berdamai kembali’,” (HR. Muslim).
“Pintu-pintu surga itu dibuka pada hari Senin dan Kamis, lalu diampunkanlah bagi setiap hamba yang tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah, kecuali seseorang yang antara dirinya dan saudaranya itu ada rasa dendam, lalu dikatakanlah, ‘Nantikanlah dulu kedua orang ini sehingga keduanya berdamai kembali. Nantikanlah kedua orang ini sehingga keduanya berdamai kembali’,” (HR. Muslim).
Untuk
apa kita membalas kejahatan dengan kejahatan? Sedangkan dengan tidak
membalasnya dapat mendatangkan pahala? Rasulullah bersabda
“Apabila ada seseorang yang mencacimu atau
menjelek-jelekanmu dengan aib yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah kamu
balas memburukkannya dengan aib yang kamu ketahui ada padanya. Maka pahalanya
untuk dirimu dan dosanya untuk dia,” (HR. Al Muhamili dalam Amalinya no 354,
Hasan)
Selain
memaafkan kesalahan orang lain terdap kita, maka kita pun juga harus meminta
maaf atas kesalahan kita terhadap orang lain. Sebab setiap manusia tak luput
dari kesalahan. Janganlah kita menunda-nunda meminta maaf sebab kita tidak tahu
kapan ajal akan menjemput.
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallambersabda,
“Orang yang pernah menzhalimi saudaranya
dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib meminta perbuatannya tersebut
dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari dimana tidak ada ada dinar dan
dirham. Karena jika orang tersebut memiliki amal shalih, amalnya tersebut akan
dikurangi untuk melunasi kezhalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal
shalih, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia zhalimi”
(HR. Bukhari no.2449)
Hal
yang menyebabkan kita sulit untuk meminta maaf ataupun memaafkan tak lain
adalah kita merasa bahwa diri kita lah yang paling benar. Sikap itu menjadikan
kita merendahkan orang lain dan menganggap bahwasanya diri sendiri lah yang
benar serta yang lain adalah salah. Janganlah demikian. Kita juga harus
senantiasa mengintrospeksi diri, sebab manusia tak pernah luput daru dosa.
Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman,
فَلا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“..Maka janganlah kamu
mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang
bertakwa.” (Qs. An-Najm:32)
Islam mengajarkan kepada
kita bukan dengan memiliki sifat “merasa”, melainkan berlomba-lomba dalam
kebaikan. Oleh sebab itu mulailah introspeksi diri kita serta saling maaf
memaafkan antar sesama.
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, beliau
berkata,
“Rasulullah
shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, ‘Siapakah orang yang paling
utama?’ Beliau menjawab, ‘Setiap orang yang bersih hatinya dan benar
ucapannya.’ Para sahabat berkata, ‘Orang yang benar ucapannya telah kami pahami
maksudnya. Lantas apakah yang dimaksud dengan orang yang bersih hatinya?’
Rasulullah menjawab, ‘Dia adalah orang yang bertakwa (takut) kepada Allah, yang
suci hatinya, tidak ada dosa dan kedurhakaan di dalamnya serta tidak ada pula
dendam dan hasad.'” (Dikeluarkan
oleh Ibnu Majah 4216 dan Thabarani, dan dishahihkan oleh Imam Albani di
dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah)